Lihat ke Halaman Asli

alfiya romli

Mahasiswa kedokteran

Transportasi Umum Berbasis Rel Guna Mengurangi Polusi Udara dan Kemacetan

Diperbarui: 21 Mei 2024   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mobilitas perkotaan di Indonesia menghadapi banyak permasalahan, mulai dari jaringan transportasi umum yang terbatas, peningkatan jumlah kendaraan pribadi, hingga kemacetan. Berbagai permasalahan ini menimbulkan banyak dampak buruk dan kerugian dari segi lingkungan dan ekonomi. Kualitas udara di kota-kota besar di Indonesia masih buruk. Hal itu dipengaruhi populasi kendaraan, khususnya kendaraan pribadi yang terus meningkat, sehingga menyumbang polutan besar. 

Sektor transportasi di Indonesia merupakan sumber emisi terbesar ketiga. Pengelolaan transportasi publik di Indonesia khususnya Jakarta sebagai ibu kota negara termasuk tertinggal dibandingkan dengan negara maju di dunia. Pemerintah Indonesia sangat berkewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap tata kelola pemerintahan yang baik atau biasa disebut dengan good governance, termasuk di dalamnya adalah perbaikan layanan public.

 Pelayanan public pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong perbaikan kualitas layanan transportasi public. Transportasi umum juga dikenal sebagai transportasi publik atau transportasi massal,adalah layanan angkutan penumpang oleh sistem perjalanan kelompok yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat umum, biasanya dikelola sesuai jadwal, dioperasikan pada rute yang ditetapkan, dan dikenakan biaya untuk setiap perjalanan (Razak dan Ahmad, 2020).

Di Indonesia, tepatnya Jakarta sudah banyak transportasi umum yang sudah dioperasikan ada yang berbasis bus dan berbasis rel. Untuk berbasis rel ada comuter line, MRT (Moda Raya Transportasi) sejauh 16 KM yang pada bulan april tahun 2019 telah di beroperasi secara komersial. Kemudian menunggu penyelesaian pembangunan LRT (Light Rapid Transit/Lintas Rel Terpadu) yang ditargetkan dibangun sejauh 44 KM dan direncanakan selesai pada tahun 2020 (Prabowo, 2019). 

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur di sektor transportasi ini harus mampu menghubungkan Kawasan produksi dengan Kawasan distribusi dan mempermudah akses ke Kawasan wisata. Saat ini Kemenhub sedang mengembangkan perkeretaapian diseluruh Indonesia, antara lain Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Kereta Express Jakarta -- Semarang -- Surabaya, KA Makassar -- Parepare, Pengembangan angkutan massal di Medan. 

Diharapkan kedepannya pemerataan transportasi umum berbasis rel dapat dilakukan di seluruh penjuru Indonesia. Transportasi berbasis rel mempunyai daya tarik yang cukup tinggi oleh masyarakat, karena transportasi berbasis rel mempunyai kelebihan yaitu mempunyai kapasitas penumpang yang tinggi dan tidak akan mengalami kemacetan karena mempunyai jalur khusus(Rahmatunnisa, 2021). 

Transportasi umum jenis rel akan sangat membantu masyarakat untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lainya dengan cepat, tetap waktu dan murah. Tidak hanya itu, transportasi berbasis rel akan sangat membantu pemerintah untuk mengurangi meledaknya subsidi untuk BBM. Jika masyarakat semakin banyak yang menggunakan transportasi umum berbasis rel dibandingkan kendaraan bermotor pribadinya maka tingkat polusi udara di Indonesia pun akan menurun. 

Kendaraan bermotor menyumbang 70 persen pada polusi udara saat ini. Kendaraan bermotor mengeluarkan gas buang yang cukup berbahaya diantaranya karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (NO2), dan hidrokarbon (HC). Karbon monoksida, misalnya, dapat menurunkan kadar suplai oksigen dalam darah jika terhirup manusia. Dalam dosis rendah, karbon monoksida bisa menyebabkan sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. 

Sementara, paparan karbon monoksida dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kematian. Kemudian, nitrogen dioksida yang memiliki bau tajam dan berwarna coklat kemerahan dapat menyebabkan gangguan napas. Polutan ini juga merupakan senyawa karsinogenik penyebab penyakit kanker. Menghirup nitrogen dioksida secara terus-menerus dan berlebihan bisa memberikan efek fatal bagi tubuh, mulai dari sesak napas hingga kematian. Hal serupa juga ditimbulkan oleh hidrokarbon. Senyawa ini bisa menimbulkan gangguan napas, kerusakan paru-paru, dan menjadi penyebab penyakit kanker.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa transformasi mewujudkan transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sangat penting dilakukan untuk mencapai target penurunan emisi di Indonesia. Adanya penyediaan transportasi public ini diharapkan mampu mengurangi kemacetan dan polusi yang ada di Indonesia.

 Daftar pustaka:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline