Sastra lisan, yang sering disebut literature transmitted orally atau unwritten literature, pada dasarnya adalah folklore. Istilah ini merujuk pada tradisi cerita, lagu, atau bentuk seni lainnya yang disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan, sering kali disertai dengan gerakan tubuh atau alat bantu. Sastra lisan tidak hanya sekadar cerita, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan budaya masyarakat yang menjadi sumbernya. Karena sifatnya yang turun-temurun, sastra lisan sering kali mengalami perubahan dan penyesuaian sesuai dengan konteks zamannya.
Sastra lisan adalah cerita, puisi, lagu, atau drama yang disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Ini adalah tradisi budaya yang tidak tertulis, yang berkembang dan diwariskan melalui tutur kata. Karena sifatnya yang lisan, sastra ini tidak memiliki bentuk tertulis yang tetap dan bisa berbeda-beda antara satu penutur dengan yang lain. Sastra lisan itu kaya dan beragam. Selain dongeng dan mitos, sastra lisan juga mencakup legenda, epik, pantun, teka-teki, lagu, dan bahkan drama. Hutomo membagi sastra lisan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan jenisnya, mulai dari cerita rakyat hingga pertunjukan drama.
Jika kita mengacu pada pengelompokan sastra lisan yang telah dikemukakan, maka cerita rakyat termasuk dalam kategori "bahan bercorak cerita". Dalam konteks sastra, cerita rakyat dapat digolongkan sebagai prosa. Cerita rakyat merupakan warisan budaya yang kaya terdiri dari cerita rakyat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Penggunaan cerita rakyat sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memperkaya pengalaman belajar siswa, khususnya dalam memahami aspek sastra. Dengan fokus pada cerita rakyat lokal, pembelajaran tidak hanya berpusat pada teks-teks baku, tetapi juga melibatkan siswa dalam eksplorasi kekayaan budaya daerahnya.
Cerita rakyat merupakan cerminan dari nilai-nilai dan kebudayaan suatu masyarakat. Dengan mempelajari cerita rakyat, siswa dapat lebih menghargai warisan budaya bangsa dan membangun identitas diri yang kuat. Cerita rakyat juga dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia, dan prinsip hidup yang terkait dengan budaya lokal melalui cerita rakyat. Menurut Widyahening & Rahayu (2021), Umri (2021), dan Hasanah et al. (2022), pengajaran cerita rakyat memiliki potensi untuk meningkatkan karakter siswa. Metode pendidikan ini dapat memperkaya pengetahuan siswa tentang warisan budaya selain meningkatkan imajinasi, literasi, dan pemahaman moral mereka (Sapriline et al, 2023).
Cerita rakyat juga bisa membuat anak-anak semakin sayang pada tanah air dan menghargai budaya bangsa kita (Ernawati & Kanzunnudin, 2023) (Khairil et al, 2020).
Dalam kehidupan, salah satu hal yang sangat penting bagi manusia adalah Pendidikan. Pendidikan merupakan peran penting dalam pembangunan peradaban manusia karena pendidikan dianggap sebagai alat paling penting dalam membangun peradaban manusia (Hidayat, 2021). Nilai moral di masyarakat adalah salah satu yang dapat mempengaruhi sikap dan nilai anak saat ini. Menurut Syariah M (2018), globalisasi, yang diperkuat oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, dianggap sebagai penyebab krisis moral yang melanda siswa. Pendidikan juga mengajarkan kita untuk memilih dan memilah budaya asing. Kita perlu memegang teguh nilai-nilai luhur bangsa dan menyaring pengaruh negatif dari luar.
Salah satu alasan mengapa banyak orang kurang mencintai negaranya adalah karena mereka tidak memahami perjuangan para pahlawan. Untuk mengatasi hal ini, sekolah perlu tidak hanya mengajarkan sejarah sebagai materi pembelajaran, tetapi juga menanamkan rasa bangga dan menghargai jasa para pahlawan. Selain itu, membaca cerita rakyat juga dapat memperkuat rasa cinta tanah air pada siswa. Sebagai bagian dari sejarah lisan kita, cerita rakyat menyimpan pengetahuan tentang masa lalu. Kisah-kisah ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai media pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai moral dan sosial. Dengan mempelajari cerita rakyat, peserta didik dapat lebih memahami akar budaya bangsa.
Membaca cerita rakyat adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini. Cerita rakyat yang menarik dan sesuai dengan usia anak akan membuat mereka lebih menyukai kegiatan membaca dan mengembangkan kemampuan bahasanya secara alami. Meskipun cerita rakyat memiliki nilai edukasi yang tinggi, implementasinya dalam pembelajaran di sekolah dasar seringkali terkendala oleh berbagai faktor. Kurangnya sumber daya seperti buku cerita dan media pembelajaran yang menarik, kurangnya pengetahuan guru tentang cara mengintegrasikan cerita rakyat ke dalam kurikulum, banyak guru kurang memahami bagaimana cara mengajarkan cerita rakyat secara efektif., dan kurangnya inovasi dalam metode pengajaran menjadi hambatan utama.
Oleh karena itu, Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, perlu diadakan pelatihan bagi guru agar mereka mampu mengintegrasikan cerita rakyat ke dalam pelajaran. Pelatihan ini harus mencakup teknik-teknik pengajaran yang kreatif dan penggunaan sumber daya yang relevan. Selain itu, kurikulum sekolah perlu dibuat lebih fleksibel agar cerita rakyat bisa diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran. Dengan begitu, siswa dapat lebih mudah memahami nilai-nilai moral dan budaya melalui cerita rakyat.
Cerita rakyat memiliki banyak manfaat dalam pendidikan. Bahan ajar cerita rakyat bergambar yang dikembangkan peneliti dapat mendukung gerakan literasi membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan juga menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, cerita rakyat juga dapat membantu siswa memahami budaya, sejarah, dan nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI