Lihat ke Halaman Asli

Urgensi Pengelolaan Sampah dalam Circular Economy Untuk Bisnis Berkelanjutan

Diperbarui: 8 Juli 2023   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://id.pinterest.com/pin/722053752784583395/

Pengelolaan sampah menjadi salah satu isu utama yang dihadapi oleh masyarakat dandan pemerintah di seluruh dunia. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan, kesehatan manusia, dan sumber daya alam. Salah satu pendekatan yang sedang berkembang dalam pengelolaan sampah adalah konsep ekonomi sirkular atau circular economy. 

Pengelolaan sampah menjadi tantangan yang signifikan bagi bisnis di era modern ini. Namun, dengan munculnya konsep circular economy, peluang baru muncul untuk menciptakan bisnis berkelanjutan yang mengintegrasikan pengelolaan sampah yang efektif. Circular economy menawarkan pendekatan yang inovatif dan berkelanjutan untuk mengubah cara bisnis memandang sampah, dari sesuatu yang harus dibuang menjadi sumber daya yang dapat bernilai. 

Dalam circular economy, tujuan utamanya adalah mengurangi limbah dan meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dengan memaksimalkan penggunaan kembali, daur ulang, dan pemulihan bahan.

Pendekatan ekonomi sirkular sendiri mengandalkan berbagai macam inovasi produk apapun sistem pengelolaannya agar bisa memastikan nilai guna sebuah material dapat tetap optimal untuk jangka waktu yang lebih maksimal. Ekonomi sirkular pada akhirnya tidak hanya berbicara soal nilai tambah bagi penyelamatan lingkungan, namun juga mempunyai penciptaan nilai tambah ekonomi baru dan juga nilai tambah sosial, seperti halnya pemberdayaan masyarakat. Karena itu, jika diimplementasikan, maka menjadi sebuah solusi yang berkelanjutan.

Sedangkan ekonomi sirkular merupakan sebuah upaya kolaboratif, karenanya harus melibatkan peran dan fungsi setiap pemangku kepentingan di sepanjang rantai persampahan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat pada setiap siklus tahapan pengelolaan sampah, dimulai dari pembatasan timbulan, pendauran ulang, pemanfaatan kembali, hingga penanganannya, yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan serta pemrosesan akhir.

Fiqih lingkungan juga memberikan kerangka etis dan moral yang dapat memandu perilaku dalam ekonomi sirkular. Prinsip-prinsip seperti menjaga keadilan sosial, tidak berlebihan atau berlebihan dalam pemakaian sumber daya, dan perlindungan terhadap kehidupan dan ekosistem di sekitar kita dapat diterapkan dalam konteks ekonomi sirkular. 

Seiring bertumbuhnya inovasi bisnis, berbagai macam kegiatan perusahaan terus berupaya mengurangi jejak lingkungan dan meningkatkan dampak sosial bagi masyarakat. Sebagai upaya dalam mengurangi jejak lingkungan, berbagai macam industri yang ada di Indonesia telah tergabung dalam aliansi PRAISE (Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainable Environment / Aliansi Untuk Kemasan & Daur Ulang Bagi Lingkungan Indonesia yang Berkelanjutan). Salah satu hal yang sedang digalakkan oleh PRAISE adalah bagaimana Indonesia bisa bersama-sama bergerak menuju ekonomi sirkular.

Perusahaan yang menerapkan ekonomi sirkular dalam strategi keberlanjutan mereka. Mereka akan mengintegrasikan konsep ekonomi sirkular untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, mengurangi jejak lingkungan, dan meningkatkan mata pencaharian melalui inisiatif dan inovasi yang dilakukan perusahaan. Melalui inisiatif-inisiatif ini, perindustrian di Indonesia berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan menciptakan nilai tambah ekonomi dan sosial. Mereka juga menjalin kerjasama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencari solusi dalam pengelolaan sampah plastik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan itu telah menganggap ekonomi sirkular sebagai bagian penting dari strategi bisnis dan keberlanjutan mereka.

Contoh ini menunjukkan bahwa implementasi ekonomi sirkular bukan hanya menjadi isu teoritis, tetapi dapat diterapkan secara praktis dalam dunia bisnis. Perusahaan seperti PT. nilever Indonesia, PT. Coca cola Indonesia, PT. Indofood, PT. Nestle dan banyak lagi lainnya yang telah menginisiasi Circular Economy pada sector sampah plastic yang disebut PRAISE, membuktikan bahwa dengan mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi sirkular, mereka dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, dan menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan.

Selain itu, kolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya juga menjadi kunci dalam mewujudkan ekonomi sirkular. Dengan bekerja sama, perusahaan dapat memperkuat upaya mereka dalam pengelolaan sampah dan mencari solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Secara keseluruhan, contoh implementasi ekonomi sirkular oleh beberapa perindustrian diatas menunjukkan pentingnya peran perusahaan dalam menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan mengintegrasikan ekonomi sirkular dalam strategi keberlanjutan, perusahaan dapat berkontribusi secara signifikan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, mengurangi sampah, dan menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat dan ekonomi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline