Lihat ke Halaman Asli

Ups, Kue Itu Tidak Dijual

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari minggu pagi ini, aku masih malas memulai aktifitas. Bukan karena apa-apa, sakit perutku sejak kemarin belum sembuh benar. Untuk berjalan kaki saja rasanya masih kelimpungan. Tetapi kedua orang tamuku yang menginap di tempatku sejak semalam sudah kelaparan. Sementara jam dinding menunjukkan pukul setengah sembilan pagi.

Akhirnya aku keluar rumah pergi ke pasar bersama seorang temanku. Wah, kalau jam segitu sudah terlalu siang. Para pedagang sudah pada mengemasi dagangannya. Hmmm.....aku berpikir sejenak tentang menu makanan apa untuk sarapan pagi. Tidak terlihat penjual nasi yang pas menunya. Ada seorang pedagang nasi Soto ayam Madura dan Sate ayam. Mungkin kalau untuk diriku seorang, menu apapun tidak jadi masalah. Tapi untuk tamuku yang satu ini agak susah. Tidak semua menu dia suka. Dia paling alergi dengan ikan dan seafood, atau lauk-pauk yang digoreng dengan minyak goreng bekas menggoreng ikan. Meskipun tidak diberitahu, dia pasti bisa merasakan atau mencium minyak tersebut.

Akhirnya kutemukan sebuah warung yang letaknya paling belakang pasar tersebut. Ada seorang gadis terlihat sibuk bersih-bersih. Saat kutanyai, sang penjual sedang buang hajat. Ternyata dia hanya membantu di warung tersebut. Tidak mengapalah menunggu sebentar. Sambil menunggu, kami duduk-duduk di kursi sambil mengawasi meja. Barangkali saja ada jajanan yang dijual dan bisa dinikmati sambil menunggu. Maklum, perutku juga lagi kelaparan. Aha, tepat di sebelahku sebuah piring berisikan 4 kue yang dibungkus dengan klobot (kulit jagung yang kering) menarik perhatianku. Lumayan nih untuk pengganjal perut, pikirku. Kuambil sebuah dari keempatnya. Penasaran, karena tidak biasanya kue semacam ini dijual di pasar dekat daerahku. Aku mencoba mengintip bentuk kue tersebut dengan membuka bungkusnya dan terlihat kuenya yang cukup menggoda.

"Eh, ambil sekalian. Kamu udah terlanjur membukanya tuh....." Sahut temanku saat aku berniat hendak mengembalikan kue itu ke piring kembali. "Hmm.....gitu ya??" jawabku terlihat ragu-ragu. Akhirnya, ya sudahlah aku makan sekalian. Nanti bayarnya sekalian dengan nasinya. Hmm....enak lho.

Selang beberapa saat, datanglah penjualnya dan mulai melayani kami. Sambil melayani kami, Ibu penjual warung tersebut mendengar pembicaraan kami dengan logat Jawa-Kediri. Hmm... ibu ini ramah juga menyapa dan mengajak ngobrol kami. Sambil ngobrol, kutanyakan soal kue yang barusan kumakan. Terjadilah perbincangan kami.

"Mbak-mbak ini asli dari daerah mana ya?" Tanya sang ibu kepada kami.

"Kami asli Kediri, bu" sahut temanku.

"Mmmm.....Bu, kue ini buatan ibu sendiri?" tanyaku ikutan nimbrung.

"Oooooh, nggak mbak" jawabnya.

"Oooooh, kok kuenya antik ya. Dibungkus pake klobot gitu?" tanyaku mencoba berakrab ria.

"Iya, itu oleh-oleh dari saudara di Jakarta" Jawab sang ibu sambil tetap sibuk membungkuskan nasi pesanan kami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline