Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Seorang Penyair dalam Menemukan Jati Diri Lewat Kata

Diperbarui: 14 Juni 2024   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zainul Kurama, sang penyair

Zainul Kurama, pria kelahiran 16 April 2001, mempunyai tekad yang kuat untuk meraih cita-citanya. Dari latar belakang lulusan Pondok An-Nuqoyah, usahanya dalam menulis puisi tidak akan mengkhiati hasil baginya untuk menggembangkan diri dan keinginan menjadi sukses meskipun masih tergolong muda.

Di balik setiap baris puisi yang indah, terdapat perjalanan panjang dan penuh makna dari Zen. Puisi tidak hanya sekadar rangkaian kata, melainkan cerminan dari jiwa, perasaan, dan pemikirannya. Bagi Zen, menulis puisi adalah cara untuk menemukan jati dirinya.

Awal mula mulai ia menulis puisi semenjak masuk di Pondok An-Nuqoyah, lingkungan di Pondok An-Nuqoyah  literasinya sangat kental sehingga ia terpengaruh oleh lingkungan dan disitu  juga ia tergolong dalam salah satu organisasi yaitu komunitas Persi (Penyisir Sastra Iksabad) Organisasi tersebut aktif dalam penulisan terutama kepenulisan sastra. "Pertama kali saya masuk di komunitas itu saya bingung mau menulis apa, akan tetapi saya di bimbing oleh teman-teman seangkatan dan senior-senior yang sudah lebih dahulu kenal dengan dunia kepenulisan," ungkap Zen.

Proses menulis bagi seorang penyair seperti Zen sering kali menyerupai meditasi dan setiap kata yang ditulis adalah hasil dari perenungan dan kesadaran penuh bagi dirinya. Menulis puisi membuat ia lebih sadar akan momen-momen kecil dalam hidupnya, dan ia belajar untuk melihat keindahan dalam hal-hal yang sederhana seperti suara angin atau cahaya matahari pagi. "Berkat doa dan support orang tua, saya bisa lebih semangat dan peduli terhadap kekonsistenan dalam menulis puisi, orang tua juga turut mengawal proses kepenulisan dan produktivity saya dalam berkarya," ungkap Zen

Ketika pertama kali menulis puisi tantangan-tantangan yang di peroleh sangatlah banyak dan bukan cuman sekedar menulis dengan sembarang kata, dalam menulis puisi harus mempunyai sebuah landasan dan kunci dalam menulis puisi itu adalah membaca buku-buku tentang puisi dan ulasan-ulasan tentang puisi. "Setelah berbulan-bulan menggeluti komunitas Persi, akhirnya saya terhitung lumayan tau apa itu puisi dan lumyan bisa menulis puisi walaupun pada saat itu puisi-puisi yang saya tulis masih belum berguna bagi saya," ungkap Zen.

Setelah 1 Tahun menulis puisi, karya yang telah ia tulis akhirnya dimuat di koran Radar Madura dan menjadi kebanggan tersendiri bagi seorang pemula yang baru belajar menulis, dan itu suatu lonjakan menuju dunia perpuisian yang lebih luas, dari sejak itu ia menjadi semangat menulis dan sudah menjadi menjadi hobi yang tidak bisa ditinggalkan. Yang dari awalnya belum mengenali dunia perpuisian sampai pada akhirnya menulis itu sudah menjadi kebiasaan bagi dia.

Perjuangannya dalam menulis sangatlah banyak dari segi lomba yang tak juara dan puisi yang dikirim ke koran tak kunjung di muat, walaupun itu tidak dijadikan alasan bagi dia untuk berhenti menulis. Semangat awal ia menulis bukan karena menjadi terkenal dan bisa menghasilkan uang akan tetapi ia terbawa oleh golongan komunitas yang ia tekuni selama di Pondok An-Nuqoyah dan pada akhirnya puisi yang ia tulis mulai memasuki tahap Nasional dan membuahkan hasil secara materi.

Dari menulis puisi ia sudah bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dari bangku SMA sampai ia memasuki bangku perkuliahan tanpa bergantung ke orang tua, dan dari menulis awalnya jadi hobi sekarang menjadi tumpuan hidup bagi dia.

Karya-karya nya stuck di puisi-puisi populer dan romantis bahkan ketika ia mulai menulis puisi politik dan sosial ia selalu merasa yang telah dibuatnya selalu merujuk ke puisi romantis  dan belum bisa keluar dari zona nyaman, Ketika ia mulai mencoba menulis puisi dengan genre yang lain ia selalu merasa gagal dalam menulis puisi tersebut.

Selain itu ia akan menggembangkan hobinya dalam menulis puisi, serta tetap berusaha untuk terus-menerus menulis di Era yang sedang tidak baik-baik saja, dan ia akan menjaga karyanya dari sentuhan yang serba instan walaupun zaman sekarang literasi sudah mulai menurun dan banyak orang yang beralih pada digital. Dunia literasi saat ini menghadapi banyak tantangan dan banyak orang lebih memilih hiburan digital dari pada buku sehingga minat baca yang menurun, terutama di kalangan generasi muda seperti dia, dan menjadi salah satu masalah utama.

Kisah perjalanan Zen sebagai sang penyair adalah sebuah ode pada ketekunan dan keindahan. Melalui setiap bait dan kata, ia mengeksplorasi kedalaman emosi dan pemikiran manusia, meninggalkan jejak yang abadi dalam dunia sastra. Zen mengajarkan bahwa puisi bukan hanya tentang rangkaian kata, tetapi juga tentang menemukan makna di balik setiap baris. Dengan semangat yang tak pernah pudar, Zen terus menginspirasi banyak orang untuk menemukan suara dan keindahan dalam diri mereka sendiri.

(Zainul Kurama)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline