Lihat ke Halaman Asli

Alfira Najmi Ramadhani

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Mengenal Helicopter Parenting: Niat Baik Orangtua yang Justru Berdampak Buruk bagi Anak

Diperbarui: 9 Juni 2022   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Momjunction

Setiap orang tua pasti dan ingin selalu memberikan sesuatu yang terbaik bagi anak-anaknya, termasuk ingin melindungi dan memastikan bahwa anak-anaknya mendapatkan kehidupan yang baik dan terjamin. 

Mendidik anak bukanlah suatu hal yang mudah, tidak ada buku manual untuk menjadi orang tua atau tahapan-tahapan apa yang perlu dilakukan agar bisa menjadi orang tua yang baik. 

Banyak sekali orang yang ingin menjadi orang tua yang terbaik bagi anak-anaknya, namun justru hal ini kerap kali menjadi terlalu berlebihan disaat para anak diharuskan untuk mengikuti kemauan seperti yang orang tua inginkan dan justru malah berdampak buruk.

Keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak selama ini dipandang sebagai suatu hal yang baik bagi perkembangan anak, namun kerap kali keterlibatan orang tua yang tinggi dan intens dan sering dijumpai di kalangan orang tua saat ini, justru dipandang sebagai pandangan yang negatif. Hal ini terlihat dari bagaimana penelitian secara historis menggambarkan pola asuh ini sebagai helicopter parenting.

Pernahkah kalian mendengar tentang istilah Helicopter Parenting? Helicopter parenting mengacu pada orang tua yang memiliki tingkat keterlibatan dan perlindungan yang tinggi terhadap anaknya, dimana mereka senantiasa berkomunikasi dengan anaknya, mengurusi urusan anak, membuat dan memutuskan keputusan penting bagi anak, secara pribadi memperhatikan tujuan anak dan berusaha mendapatkan menyingkirkan rintangan demi rintangan yang mereka hadapi. 

Helicopter parenting pada dasarnya adalah tren parenting yang sebenarnya dilakukan dengan niat baik (misalnya dukungan dan kasih sayang), tetapi orang tua seringkali melakukannya dengan melampaui batas yang wajar dan malah mengontrol setiap hal yang ada di dalam kehidupan sang anak.

Helicopter parenting ini biasanya sudah dilakukan para orang tua sejak anak mereka masih berusia balita. Misalnya ketika balita, anak terlalu dikekang saat bermain, tidak dibiarkan disentuh oleh anak lain, tidak membiarkan anak untuk bermain dengan sesuatu yang baru, dan tidak pernah membiarkan anak untuk memiliki waktu untuk bermain sendiri. 

Lanjut ke tahap anak-anak memasuki umur sekolah bahkan sampai mereka berkuliah, orang tua yang menerapkan helicopter parenting biasanya terlalu berinisiatif dan tidak bertanya pada anaknya tentang sekolah mana yang akan mereka pilih, jurusan SMA atau kuliah apa yang mereka minati, atau mendaftarkan anak ke kursus atau kegiatan di luar sekolah yang sebenarnya tidak diminati oleh anak. Bahkan orang tua juga mengatur pertemanan anak dengan siapa anaknya boleh bermain.

Orang tua juga bahkan sangat mengontrol kegiatan akademik anak-anaknya dengan selalu menargetkan bahwa anaknya harus meraih peringkat pertama di kelas, anak-anaknya harus selalu memiliki nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

Orang tua yang menerapkan helicopter parenting ini cenderung sering terlibat secara intens dalam kehidupan anak dengan tujuan melindungi anak dari kemungkinan hal-hal negative yang terjadi dan memastikan bahwa anak-anaknya akan menjadi anak-anak yang berhasil. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline