Lihat ke Halaman Asli

Alfira Fembriant

TERVERIFIKASI

Instagram : @Alfira_2808

Enakan Dibayar Per Jam atau Dibayar Sesuai Target?

Diperbarui: 14 Oktober 2020   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: inthesetimes.com

Tidak masalah dibayar hitungan jam, yang penting ada pemasukan, dari pada tidak ada sama sekali.

Para karyawan di Indonesia rata-rata masih digaji bulanan. Jadi terkadang yang sering izin tidak masuk karena kepentingan keluarga, cuti kerja, atau sakit, masih bisa mendapatkan penuh gajinya.

Digaji per jam dengan di gaji sesuai hasil yang diperoleh itu beda. Kalau gaji sesuai hasil yang diperoleh ini misalnya bagian produksi atau marketing. Jadi di target sekian, berapapun jam kerjanya tetap akan dibayar sesuai hasil kerja.

Sedangkan gaji per jam ini terkadang tidak melihat hasil, namun dihitung sesuai jam kerja. Ada atau tidaknya hasil terkadang tidak dipermasalahkan, yang penting attitude waktu kerja saja yang sesuai.

Minusnya jika digaji per jam ini terkadang karyawan kinerjanya sengaja dibuat lambat, agar jam kerjanya bisa nambah dan bertambah pula ongkos tenaganya.

Ada satu pengalaman dimasa lampau ketika bekerja di suatu Restoran ternama milik keluarga. Sistem managementnya "Clan" atau kekeluargaan. Namun untuk sistem penggajian dibayar hitungan jam. 

Jadi ada suatu bahan makanan yang perlu di olah atau persiapkan terlebih dahulu sebelum dijual. Makanan tersebut bukan cuma satuan atau puluhan tapi jutaan biji. Faktor kecepatan yang dinilai dalam membuat bahan makanan ini.

Awalnya owner memberikan hitungan gaji per jam. Misalnya saja per jam dibayar Rp 50.000. Start membuat bahan makanan jam 6 pagi selesai jam 12 siang. Sehingga yang di dapat sudah Rp 300.000.

Namun lama-kelamaan karyawannya mulai memanfaatkan waktu karena dibayar per jam. Harusnya selesai jam 12 siang jika start jam 6, tapi terkadang diperlambat hingga jam 1 atau 2 siang untuk menambah pendapatan karyawan itu sendiri. Sehingga owner pun menghapus sistem per jam tersebut, dan mengubahnya menjadi sistem target yang dianggap lebih efektif.

Menurut saya digaji per jam itu sah-sah saja untuk dikembalikan pada sang pengusaha kemampuannya sebagaimana untuk mengatur sistem managementnya. Hanya budaya Indonesia sudah terbiasa dengan sistem gaji bulanan, sehingga untuk mengubah budaya organisasi atau hal-hal yang sudah berjalan sejak lama akan susah untuk dijalankan.

Biasanya sistem gaji per jam, kadang juga sistem harian ini kebanyakan yang menjalankan adalah UMKM kecil atau berkembang. Sedangkan untuk perusahaan yang cukup atau lumayan besar kebanyakan sistem penggajiannya tetap bulanan, atau bisa mingguan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline