Lihat ke Halaman Asli

Alfira Fembriant

TERVERIFIKASI

Instagram : @Alfira_2808

Mengenang 2 Tahun Tsunami dan Likuifaksi Palu Sulteng

Diperbarui: 28 September 2020   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar from Boom Esports

Jum'at, 28 September 2018 adalah tanggal, bulan, dan tahun yang tidak akan pernah dilupakan oleh masyarakat sulawesi tengah, lebih spesifiknya ke masyarakat Palu. 

Saat hari itu telah terjadi suatu peristiwa yang sama sekali tidak pernah terbayangkan akan terjadi pada penduduk sekitar wilayah yang terkena bencana Tsunami dan Likuifaksi tersebut.

TSUNAMI

Hari itu masyarakat atau sebagian penduduk Kota Palu sedang atau akan merayakan perayaan HUT Kota Palu di pantai. Siapa sangka ketika mentari sudah mulai melambaikan tanganya dan mengucapkan selamat tinggal yang ditandai dengan pergantian sore ke petang hari, menunjukkan selesaynya sebagian dari sebuah kehidupan bagi masyarakat Kota Palu sekitarnya.

Gempa bumi sudah sering masyarakat rasakan di sekitar lokasi kejadian. Namun sore atau petang itu lah yang paling dahsyat dirasakan masyarakat Palu sekitarnya. Gempa bumi tercatat pada hari, jam dan menit itu berkekuatan 7,4 skala Richter mengguncang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, sekitar pukul 17.02 WIB atau 18.02 WITA.

BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) pun mengumumkan peringatan tsunami, 5 menit usai gempa tersebut terjadi. Pihak BMKG memberikan peringatan, bahwa ombak atau gelombang laut akan menerjang dataran hingga tiga meter. Masyarakat sekitar yang berada di bibir pantai pun hanya mempunyai waktu sekitar 10 menit untuk melarikan diri ke tempat atau dataran yang lebih tinggi.

Namun tidak lama kemudian, gelombang laut pun datang menerjang area bibir pantai dengan tinggi sekitar enam meter. Hal ini dikarenakan bentuk teluk Palu yang panjang dan menyempit, mengakibatkan tinggi dan kecepatan gelombang laut tersebut bertambah saat menuju Kota Palu. Gelombang itu melahap seluruh desa, nelayan, dan sebagian besar insfrastruktur Kota Palu.

LIKUIFAKSI

Sisi lain, ada suatu area dimana tanah yang selama ini kita berpijak tiba-tiba berubah menjadi tanah hisap dan siap melahap siapapun yang ada di atasnya. Daerah itu seperti di Perumnas Petobo, Kota Palu, serta wilayah Mpano, Sidera, Jono Oge, dan Lolu, di Kabupaten Sigi, terjadi Likuifaksi.

Hal ini adalah suatu peristiwa dimana tanah padat tempat kita berpijak berubah menjadi tanah cair. Itu semua proses atau perubahan dari alam yang dipengaruhi gempa bumi, kemudian menyebabkan air dangkal dalam tanah bisa naik ke permukaan hingga menyebabkan tanah tersebut menjadi lembek atau cair. Kebetulan di daerah yang sudah disebutkan di atas, memang jenis tanahnya lebih banyak pasirnya. 

Sehingga ketika ada gempa bumi berkekuatan besar, tanah berpasir tersebut sangat mudah menyatu dengan air, hingga hilang kekuatannya dan terjadilah likuifaksi tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline