Lihat ke Halaman Asli

Alfira Fembriant

TERVERIFIKASI

Instagram : @Alfira_2808

Masih Butuh Wakil Rakyat Gak Sih?

Diperbarui: 25 September 2020   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar from suarapemred.com

Gak kenal sih siapa mereka, tiba-tiba suruh nyoblos mukanya di kertas atau kotak suara pemilihan wakil rakyat. Ada yang mengetuk pintu rumah masing-masing warga pada pagi hari, uang panas pun melayang bebas dibagikan pada para warga. Hingga para warga tersebut mau mencoblosnya di kotak suara. Dan horeee... selamat anda menjabat menjadi wakil kami.

Namun sebagai penduduk suatu daerah, kira-kira apa saja sih yang sudah dilakukan oleh wakil daerahmu? 

Wajahnya sering muncul di jalan raya lewat banyaknya baliho. Suaranya juga sering muncul himbauan di speaker perempatan lampu merah. 

Lantas efek signifikan terhadap dirimu, keluargamu, desamu, dusunmu, kecamatanmu, kabupatenmu, daerahmu, provinsimu, dst apa ya kira-kira?

Yang dirasakan rakyat rasanya sama saja. Ada atau tidak adanya wakil daerah sama saja. Perubahan apa yang terjadi ketika pergantian kepemimpinan juga tidak ada, sama saja lah pokoknya. 

Ya mungkin itu menjadi salah satu faktor banyaknya warga memilih golput untuk pemilihan wakil rakyat. Mentoknya tetap datang untuk mencoblos, hanya mungkin takut dosa. Dimana sudah menerima uangnya, tapi gak mencoblos mereka yang sudah kasih uang panas kan dosa?

Apa lagi tahun ini banyak sekali bantuan uang yang digelontorkan pemerintah pusat untuk di distribusikan pada masyarakat, yang juga efek dari pandemi covid19. 

Awal sekali dulu setiap warga yang kurang mampu diberikan bantuan berupa uang tunai Rp 600.000. Namun ini dari pusat per KK kurang mampu sekian loh ya, sampainya pada warga kurang mampu tersebut ya bisa jadi 400rb, 300, 200rb, 100rb, bahkan NOL.

Artian Nol ini seperti bantuan 600rb dari pusat, turun ke provinsi menjadi 500rb, turun ke daerah menjadi 400rb, turun ke kabupaten menjadi 300rb, turun ke kecamatan menjadi 200rb, turun ke kelurahan menjadi 100rb, dan turun ke warga kira-kira berapa?

Artian Nol lainnya ini juga seperti pembagian bantuan yang tidak tepat sasaran. Banyak warga yang jelas-jelas tidak mampu tidak mendapat bantuan, malah yang mampu dengan embel-embel masih ada hubungan sanak keluarga dengan petugas kelurahan ya pasti dapat. Sebenarnya ini kisah klasik yang sudah diketahui masalahnya sedari zaman bahuela, namun tetap dibudidayakan tanpa perubahan berarti.

Terakhir ada bantuan untuk para karyawan perusahaan yang gajinya di bawah Rp 5.000.000, mendapatkan bantuan Rp 2.400.000 yang dibagikan atau kerja sama dengan BPJS ketenagakerjaan. Alhasil, sesuai dan tepat sasaran. Kok bisa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline