Lihat ke Halaman Asli

Masihkah Engkau Mengingat

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masihkah engkau mengingat — kepulan asap kebakaran, menyengat ibukota, dan sederet pesan, untuk penguasa, Masihkah engkau mengingat — anak-anak berlarian, orang tua berhamburan, mahasiswa bergerak, dan polisi terdesak, Masihkah engkau mengingat — langit Jakarta tak berawan, jalan-jalan mencekam, sang Raja sedang menawan — revolusi, yang bangkit menikam, Masihkah engkau mengingat — deru senapan TNI, (harusnya) menumpas tirani, bukannya hak asasi, dan pelantun aspirasi, Masihkah engkau mengingat — dagelan penguasa mengikat — masyarakat, menjarah liberalis, dibuai materi dan pangkat, jadi budak kapitalis, Masihkah engkau mengingat — satu dekade berlalu, lagu itu tetap terdengar merdu, demokrasi alibi statis, monarki anarkis praktis, Masihkah engkau mengingat — aksi menentang diktator — Jendral Soeharto yang dimuliakan, korup, licik, dan kotor, dan kau bertekad 'tuk menggulingkan, Kini, akankah engkau menyerah — pada dinasti Jendral baru, yang memaksamu tak berseru, akan ketidakadilan dan kebohongan, yang dipalsukan citra dan kepentingan, Ku harap engkau mengingat — semangat perubahan itu — yang dulu lantang kau nyanyikan — untuk Indonesia yang maju dan satu, wahai aktivis 98.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline