Lihat ke Halaman Asli

Alfi Nur Nadiva

Study Enthusiast

Raden Makhdum Ibrahim

Diperbarui: 31 Maret 2022   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau yang biasa kita panggil Sunan Bonang adalah salah satu wali dari Wali Songo. Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 M di Bonang, Tuban. Secara silsilah beliau adakah putra sulung dari Raden Rahmat atau yang biasa kita panggil dengan sebutan Sunan Ampel.

Bahkan, secara silsilah Sunan Bonang masih memiliki garis keturunan dengan Rasulullah SAW. Ia adalah keturunan ke-23 dari Rasulullah melalui Siti Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Oleh karena itu beliau juga dijuluki Sayyid Kramat dalam serat Darmogandul yang artinya orang Arab keturunan Nabi Muhammad dari jalur Ayah.

Sunan Bonang mempelajari ilmu dari ayahnya sejak kecil yang juga merupakan salah satu wali terkemuka di walisongo. Selain itu, ayahnya yang kita kenal dengan sebutan Sunan Ampel ini juga merupakan ulama terkemuka di Tanah Jawa. Tak hanya sampai disitu saja, Sunan Bonang juga pernah menimba ilmu ke negeri seberang Bersama Raden Paku, yakni di Pasai kepada "Syekh Awalul Islam" yang merupakan ayah dari Raden Paku dan beberapa ulama lainnya. Lalu setelah mereka selesai belajar di Pasai, mereka kembali ke tanah Jawa.

Sesampainya di tanah Jawa mereka mulai mendirikan sebuah pondok. Raden Paku ke Giri untuk mendirikan sebuah pondok hingga dikenal sebagai Sunan Giri. Hal ini berbeda dengan Sunan Bonang yang pergi ke Lasem, Rembang atas perintah dari ayahnya. Selain itu, Sunan Giri dan Sunan Bonang juga pernah belajar di Melaka yang merupakan salah satu pusat kebudayaan Islam Melayu.

Sunan Bonang terkenal sebagai juru dakwah yang mumpuni, Ia menguasai berbagai bidang mulai dari fiqh, ushuluddin, sastra, seni, arsitektur. Meskipun Ia menguasai banyak cabang ilmu agama, Sunan Bonang tetap terkenal kental dan tak pernah jauh dari bidang tasawuf.

Hal ini dapat kita lihat melalui beberapa karyanya sebagai berikut, Suluk Wujil, Suluk Kaderesan, Suluk Khaliafah, Suluk Regol, Suluk Wasiyat, Suluk Bentur, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk Latri. Gita Suluk Ing Aewuh, Suluk Sunan Bonang, dan masih banyak lagi.

Dalam penyebaran dakwah, walisongo sendiri bisa dibagi menjadi dua mcam. Yang satu kelompok tanpa kompromi dengan budaya dan yang satu lagi berkompromi dengan budaya. Sunan Bonang sendiri termasuk wali yang berkompromi dengan budaya.

Sunan Bonang termasuk salah satu Sunan yang kreatif karena dalam mendakwahkan agama, Ia sering menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa. Melalui wayang kulit dan gamelan Ia memodifikasinya menjadi wayang dan gamelan agar sesuai dengan ajaran islam.

Dalam proses modifikasinya, Sunan Bonang menambahkan ajaran rohani ataupun hikmah yang dapat diambil dari pertunjukan wayang. Bahkan, Sunan Bonang menambahkan ricikan (kuda, gajah, harumau, garuda, kereta perang, dan rampongan) demi pengembangan dan pengayaan pewayangan.

Tak hanya memodifikasi wayang namun sunan bonang juga memodifikasi gamelan agar sesuai ajaran islam. Ia memodifikasinya dengan cara mengubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu menjadi nuansa zikir yang mendorong kecintaan manusia pada kehidupan transedental seperti tembang tombo ati yang terkenal hingga kini.

Disamping itu, Ia juga mengajarkan pesan tauhid dengan cara membuat acara yang dikenal dengan sekaten yang asli katanya adalah syahadatain. Ia juga membuat salah satu tembang macapat yaitu Durma. Sunan Bonang sendiri mengakomodasikan agama islam sebagia ajaran agama yang mengalami historisasi dengan kebudayaan sehingga masyarakat pun  dapat menerimanya dengan mudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline