Lihat ke Halaman Asli

Lima November

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

;-)

Ketika kata tak lagi berkata, hanya angan yang menyapa tanpa rasa.. Hampa dalam sendiri, berlari dalam angan yang tak henti..agar selalu berbagi dengan hati, dengan cinta yang tak kentara oleh massa, tapi tercetak dalam masa… Hati tak pernah lelah untuk berteriak apa arti semua ini?? Yang emmbelenggu diri menyapu batin yang tak henti bersalah.. Ketika kata rindu mulai tak berarti lagi..ketika kertas tak lagi terabaikan Harapkan impian indah terangkul oleh dunia nyata yang emnunggu di depan sana.. Hapuskan semua penghalang yang tak henti hentinya datang.. Terasa keras dalam khayal,,nyaman dalam rasa yang tak lelah dalam menunggu.. Tak ada lelah yang tercipta yang terabai oleh langit…. Happy Birthday sayangku, I’m still loving you… LOVE: DHIVIN November cerah, aku berulang kali membaca tulisan ini, saat udara di luar terasa sangat dingin, dan suara sunyi sepi seolah tak ada lagi tanda tanda kehidupan disini. Yang terdengar parau hanya hembusan nafasku dan detakan jarum jam yang menunjukkan tengah malam. Burung belum berkicau, bahkan mungkin belum terlelap. Angina masih saja berhembus menyelimuti tubuhku yang kecil. Kubalut tubuhku dengan selimut tebal. Tak kunjung hangat terasa. Aku tak peduli. Kali ini, meski dingin terus menusuk, meski jarum jam tak henti berputar, meski angina malam menjadi puiting beliung, aku tak peduli. Karena kini aku sedang menikmati syair syair hati yang terbaca dengan indah. Ya, hari ini tanggal lima November! Jangkap sudah umurku genap 16 tahun. Tak bias aku ceritakan bagaimana bahagianya aku tiap datang LIMA NOVEMBER… Sebelumnya, aku bukanlah seorang penulis macam Andrea Hirata dengan Laskar Pelangi-nya, aku juga bukan Kahlil Gibran dengan sajak sajak indah tertulis. Tapi aku adalah aku, manusia sederhana yang tak pandai dalam menyusun kata kata. Namun, aku ingin seklai menuangkan sedikit kebahagiaanku ini di sini. Aku akan menulis apa yang bias aku ingat. Aku ingin jujur menarikan tinta di kertas putih ini. Dan hatiku akan tersenyum. Lima November bisa dibilang adalah hari bahagiaku. Karena Dia membuatku merasa lengkap akan kebahagiaan suka cita yang kualami. Dia mengajariku satu hal, bahwa kita akan bahagia manakala kita ingin bahagia. Dia, lebih dari mlaikat cinta yang selalu disisiku. Betapa tidak? Orang yang aku sebut sebagai Dia adalah orang yang selama ini menemaniku, mengajariku dan memenuhi kebutuhan cintaku, dia selalu ada di saat aku membutuhkannya. “ R,,,rr…rrr…! “ Hapeku bergetar, aku kaget bukan kepalang, segera kucari getaran hape yang ternyata ada di saku celanaku, kurogoh sakuku dan kutemukan benda mini yang terus bergetar itu. Ada nama Dhina di layer itu. Ya, namanya Dhina. Tak perlu kuceritakan bagaimana bentuk wajahnya, bagaimana jika tersenyum, bagaimana dia bicara ataupun yang lainnya. Anda cukup dengan mambayangkan gadis manis dengan gaya bahasa yang santun. Kurasa cukup mewakili. “ Met ulang tahun sayang..” suara itu terdengar merdu. “ Iya, maksih ya..kok udah bangun? “ tanyaku. “ Iya donk,,o he’em..moga tambah pinter, tambah sukses, tambah….apa ya?? Tambah sayag ma Dhina! Heheh” :”Oke, pastilah! Hehe..udah shalat? Jadi puasa kan?” “ Jadi aa’..ntar sore kita buka bareng ya, kamu yang traktir!setuju?” “ Iya deh, tak traktir, tnang aj..ya udah, shalat gih..” “ Aa’ udah? Ya udah ya, tak wudlu dulu.” “ jangan lupa, doa yang khusu’..doain aa’!hehehe..” “dah,bye…wassalamualaikum…” ” tut..tut…tut…” Belum sempat aku jawab salam udah di matiin. Tapi tak apalah. Aku hanya tersenyum. Dia, baru saja memberiku semangat yang berapi api. Entah kenapa, setiap kali aku mendengarkan suaranya aku rasanya terbang, berlenihan ya? Biarlah, itulah yang kurasakan. *** Pagi ini, aku berangkat sekolah lebih awal, lebih pagi maksudnya. Aku siap mendapatkan timpukan dari teman teman yang kadang merengek rengek minta untuk ditraktir. Tak apalah, aku cukup dengan mengatakan “Gampang, ntar ya! “ cukup dengan kalimat sederhana itu dalam sekejap mereka diam dan mengacungkan tanda piss.. senyuman mengembang. Persis anak TK yang dijanjikan akan dibelikan mainan.hehe “ Happy birthday…!” Teriakan itu berasal dari belakangku saat aku hendak memasuki gerbang SMA. “ Ah elo..bikin kaget aja, thanks ya..” kataku. Aku kali ini benar benar bias melihat wajah wajah penuh harap, awalnya mereka hanya tersenyum tersenyum, kemudian ketika aku mengernyitkan dahiku, mereka pasti bilang begini: “ Vin, PUL dong!hehe..” kata salah satu temanku. “ PUL? What is it? “ gayaku dengan bahasa inggris yang ala kadarnya. “ Pajak Ulang Tahun dodododoolll…! “ Hardik Azis. Bocah cilik yang dari tadi mringas mringis.. “ Ow, gampang! Ntar ya..” “ Oke..kami tunggu..Sup buah ya!haha..” Aku mengangguk. Dan mereka senang bukan kepalang. Aku meneruskan perjalananku menuju kelas ter-ramai diantara kelas kelas yang lain. Kelas XI IA1. ya, kelasku adalah kelas paling rame. Banyak guru guru yang berkata seperti itu. Hihihih.. Aku kira, aku yang paling awal yang akan emmasuki ruang kelasku itu, tapi ternyata… “ Hayoooo…met ultah viinnn!! “ Aku kaget, pasalnya baru aku membuka pintu sudah mendapat POLESan dari teman-teman. Ah, gagal masuk paling awal nih. Tapi, itu juga tak menjadi maslah besar. Dan kini kami melakukan aktivitas setiap pagi. Ada yang sibuk mengerjakan PR, ada yang sibuk dengan suara Falsnya, ada juga yang sibuk berbincang bincang entah apa yang mereka omongkan, tapi yang jelas berita nerita baru seputar gossip. Ah, merekalah yang kusebut sahabat sahabatku. Bel masuk berbunyi. Kami siap di tempat duduk masing masing. Mendengar bapak ibu guru, tidur saat pelajaran FISIKA, dan ramai lagi. Begitu seterusnya. Aktivitas belajar kami begitu menyenangkan. Ejek mengejek, dan serius bersama.hehe Dan.. “ Tet..tet…tet/…” Bel panjang berbunyi. Tanda kegiatan belajar mengajar selesai. Suasana menjadi riuh kembali. Persis anak SD kalau dipulangkan awal. Kami bersiap siap, berdoa, lalu rebutan pintu keluar, ( eh, maksudnya rebutan keluar duluan )hehe “ Rrr…rrr….rrr” Hapeku bergetar, kuambil dari saku kanan celanaku. Ternyata sms dari Dhina. Yank, gak bisa ketemu..aku les… Maaf ya. Ah, apa maksudnya? Tidak bisa ketemu? Malangnya nasibku. Nerarti aku tidak bisa buka bersama bareng Dhina. Ah, menyedihkan! Langkah kakiku menjadi terasa berat untuk mencapai kost kostan yang jaraknya hanya 150 meter dari sekolah. Entah apa yang akan mengisi kekosongan waktu hingga maghrib nanti. Aku smapai kost kostan. Tubuhku seketika menjadi lemas. Aku terus berpikir, kemudian setelah otakku berpikir keras, ide akhirnya muncul. “ Renang aja! “ begitu pikirku. Sudah hamper ashar, aku putuskan untuk shalat dulu, kemudian berangkat ke kolam renang Mendut. “ Mau kemana Vin?” Tanya Dand “ renang! Ikut?” ajakku. Dia menggeleng. *** Aku telah selesai renang, dan alhamdulillah badanku menjadi sedikit bugar. Setelah ganti pakaian segera aku keluar. Sudah sangat sore, takutnya nanti keburu magrib dan aku mempercepat langkah kakiku. “ Rr…rrr…rrr!” Hape bergetar lagi. Kubaca, ada pesan: Marah yank?? Enggak.. Mau ketemu? Iya lah.. Tapi maaf gak bisa.heheh :p Lagi lagi jawabanya bikin aku sebel, tapi rasa sebel itu hilang seketika! Karena baru aku sadari ternyata Dhina sudah berdiri tegak di belakangku. Dia tersenyum, sesekali melet. Aku hanya tertawa waktu itu. Dan serasa aku melayang lagi. “ Renang kok gak ngajak ngajak?” dia membuka percakapan. “ Katanya sibuk les? “ timpalku. “ Hehehe…ya udah, ini ada someyhing buat kamu!” Kata Dhina sambil menyerah bingkisan berupa kado besar. Aku menerimanya. Dhina lagi lagi tersenyum. Ah manisnya..! ( saya kira ini bukan berlebihan ) “ Makasih ya..yuk kita cari makan. Udah hamper magrib ni..” ajakku. “ ya udah, ayo naik! “ katanya kemudian. Kami bersepeda mencari tempat makan, dan ketika terdengar suara adzan menggema hati kami lega. Dan berhenti di warung tepi jalan itu. Sore itu, menjadi sore terindah yang ingin aku simpan selamanya. Dalam tawa Dhina, dalam bahagia kami. Semoga Tuhan mendengar doa kami. “ Hari ini hari terindahku..” bisikku pada Dhina. “ Aku tahu itu.” Balas Dhina dengan ikutan mebisik di telingaku. Dhina menatapku. Tahukah? PELANGI terlihat indah nan anggun karena dia memiliki tujuh warna yang emmpesona,. Tapi, lihatlah Aku! Hidupku lebih indah karena aku memiliki Dhina!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline