Lihat ke Halaman Asli

Alfino Hatta

Penulis Lepas

Mengapa Membeli Buku tapi Jarang Membaca Itu Wajar?

Diperbarui: 4 November 2024   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seseorang membaca buku. (Freepik/jcomp)

Sebagai seorang pencinta buku, saya memiliki kebiasaan yang mungkin terdengar familiar bagi banyak kutu buku lainnya: membeli buku dalam jumlah banyak, namun jarang menyelesaikannya.

Kebiasaan ini sering kali melahirkan penyesalan terhadap buku-buku yang akhirnya terabaikan begitu saja, tak tersentuh oleh halaman demi halaman yang semestinya dijelajahi.

Namun demikian, sebagai seseorang yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam dunia literasi, saya tidak menganggap pembelian buku secara berlebihan sebagai hal yang perlu disesali.

Banyak pembaca yang saya kenal menunjukkan kecenderungan serupa, yakni membeli lebih banyak buku daripada yang mereka sempat baca.

Fenomena ini tidak perlu menjadi alasan kekhawatiran, karena tampaknya hal ini merupakan sesuatu yang umum terjadi di kalangan para pencinta literasi.

Bagi seorang kutu buku, buku adalah segalanya. Ia bukan hanya sekadar barang yang dibeli untuk dipajang, tetapi juga teman setia di waktu senggang, hiburan yang menyenangkan, dan sebuah pintu gerbang menuju dunia-dunia baru yang tak terbatas.

"Para kutu buku, pencinta bacaan sejati, seumur hidupnya mengumpulkan koleksi perpustakaan berharga. Mereka adalah sosok yang rela mengeluarkan biaya besar demi buku-buku yang akan menyita waktu berjam-jam, semata untuk belajar dan memahami lebih dalam, tanpa terganggu kebutuhan lain kecuali untuk mempelajari dan memahaminya," demikianlah gambaran umum para pencinta buku sejati.

Mereka adalah sosok yang rela menghabiskan waktu dan uang demi menambah koleksi, baik itu berupa buku-buku keluaran terbaru maupun buku-buku langka yang telah lama diincar. Ketika ada pameran atau bazar buku, mereka berbondong-bondong hadir, lalu pulang dengan membawa tumpukan buku yang tidak sedikit.

Namun, di balik kecintaan mereka pada buku, ada satu fenomena yang kerap terjadi, yang dalam bahasa Jepang disebut Tsundoku. Tsundoku menggambarkan keadaan di mana seseorang memiliki atau menumpuk banyak buku, tetapi tidak pernah membacanya.

Rak-rak buku yang penuh dengan halaman-halaman yang bertebaran, belum dirapikan atau bahkan belum pernah dibuka adalah pemandangan yang lazim di kalangan para kutu buku. Bahkan jika ditanya apakah mereka telah menyelesaikan semua buku yang mereka miliki, jawabannya hampir selalu tidak. Hal ini juga berlaku bagi saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline