Aku mengembuskan napas kesal.
Karena aku belum paham.
Dia yang menggenggam pensil.
Tadi malam.
Terbingkai dalam sebuah bidang.
Wajah itu benar-benar terlintas.
Tiada kesedihan, hanya senang.
Membuatku menjadi kertas-kertas.
Pada waktu itu.
Dia meletakkan sabda revolusi.