Lihat ke Halaman Asli

Alfin Ardianto

Mahasiswa Ilmu Politik UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Pemeran Utama

Diperbarui: 11 Juni 2024   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi ameera.republika.co.id

                                                             Pemeran utama

      Di suatu hari senin yang cerah saat akhir sesi upacara bendera, seorang kepala sekolah sedang memberitahukan kepada murid-muridnya bahwa ektrakulikuler futsal baru saja memenangkan perlombaan antar kota, lalu di sebutlah satu persatu nama anggota tim futsal itu, dan yang paling istimewa adalah kevin, sang captain sekaligus cowok yang dianggap paling keren se-SMA cempaka.

    Sementara di belakang barisan upacara itu terdapat sekumpulan anak-anak cowok nakal dan culun sedang bergunjing penuh kebencian. "apaan sihhh, giliran menang aja di umumin, giliran minta tambahan dana dari sekolah malah bilangnya, pake uang kalian dulu ya nanti di ganti" ujar seorang siswa yang sedang berbicara dengan teman di sebelahnya.

    Dan di sisi barisan lain terjadi perbincangan antar dua siswa yang merasa gagal.

     "purno, coba deh lihat kevin, enak ya jadi dia bisa di banggain sama sekolah, terkenal pula dikalangan murid-murid cewek".

    "iya, sulit buat kita bisa bersaing sama dia, apa lagi soal cewek"  jawab purno pada yoga.

 Mereka saling diam, terpaku melihat kevin dan anggota tim futsal lainnya, lalu riuh tepuk tangan memecah pandangan mereka.

     Pada saat jam istirahat mereka kembali bertemu di kantin, sembari di temani sepiring siomay Bandung mereka masih membicarakan kevin, si cowok populer itu.

    "kayaknya kita harus berubah deh, biar bisa jadi pemeran utama kayak di film-film itu, terus bisa di sukain sama banyak cewek".

   "gimana caranya yog, gua aja kemarin di jauhin sama sintya dengan alasan kalo gua gak mirip sama kevin". Yoga terdiam menatap purno dan membenarkan ucapan purno, karena kevin memang tidak mirip dengan seekor zebra liar.

     "Minggu depan kan ada acara 17-san terus ada lomba puisi antar kelas, kayaknya gua bisa jadi pemeran utama dari sisi yang gua suka dan yang terpenting, stella suka sama puisi" ujar yoga optimis

     "oh iyaaa, minggu depan juga ada lomba balap karung kan, gua juga mau ikut ah"

     "ya terserah sih kalo emang lu suka". mereka kembali menyantap siomay Bandung yang tersisa dipiring.

     Satu minggu kemudian, perlombaan puisi dan balap karung dimulai suasana sekolah begitu ramai dan meriah, jadwal perlombaan yang diikuti yoga dan purno dilaksanaan bersamaan namun di tempat yang berbeda. Di aula tempat perlombaan puisi dilaksanakan yoga melihat stella murid kelas 12 IPA 1 yang dia sukai, sembari berharap cemas semoga dia bisa menjadi pemeran utama seperti kevin.

    Satu jam kemudian, perlombaan puisi telah selesai dilaksanakan lalu pengumuman juara akan segera dilakukan, dan ternyata yoga berhasil menjadi juara satu dengan membawakan puisinya yang berjudul, "seperti yang kau mau". Sementara purno harus gagal, kakinya terkilir  karena terjatuh saat berlari menggunakan karung.

   Saat penyerahan penghargaan yoga melihat stella masih setia menonton, dalam hatinya yoga berbicara "sepertinya aku berhasil menjadi pemeran utama". Yoga turun dari podium, lalu stella menghampiri dan mengucapkan selamat atas kemenangan yoga,  dengan senyum manis dari stella yoga merasa seperti terbang, tak menyangka dia bisa menatap begitu dekat mata dan senyum manis orang yang dia sukai.

    Rasa bahagia masih menyelimuti yoga, terbawa hingga pulang dan ditempat tidurnya. "tuuuutt...tuuuut...tuuutt" suara dering telephone. Stella tiba-tiba menghubungi yoga, sontak yoga kaget dan langsung mengangkat telephone itu.

"hallo yoga, kamu lagi apa?" suara lembut stella membuat yoga terbata-bata.

"eee...enggak lagi ngapa-ngapain, kok tumben kamu telephone, ada apa ya?".

    Lalu mereka mengobrol dan yoga tenggelam dalam obrolan itu, yoga merasa harapannya menjadi pemeran utama sepertinya telah tercapai, dalam pikirannya dia membayangkan mungkin ini yang dirasakan oleh kevin.

    "ga, tadi penampilan kamu bagus banget tau". yoga berdebar

     "iyaa terima kasih"

     "eeem... sebelum telephonenya ditutup, aku boleh tanya sesuatu gak?"

     "iyaa boleh, mau tanya apa?"

      "kamu satu kelas sama kevin kan, kamu tau gak apa klub sepakbola kesukaan kevin, aku mau beli jersey bola buat hadiah ulang tahun dia". Yoga tersentak dan diam sejenak.

      "kamu jangan bilang kesiapa-siapa ya, kayaknya aku suka deh sama kevin". Rasa debar yang dirasakan yoga berubah menjadi rasa sakit yang seketika menjalar keseluruh tubuhnya, runtuh lah upayanya kini menjadi seorang pemeran utama.

      "yog, yogaa..kok kamu diem"

      "eeeee....oh iya, klub kesukaan kevin itu PS TNI, udah dulu ya aku mau goreng lele dulu" tanpa menunggu jawaban stella, telephone itu langsung di tutup.

     Tiga hari kemudian di kantin sekolah, yoga dan purno bertemu.

     "yog, gimana lu berhasil gak deketin stella?"

     "enggak pur, ternyata stella suka sama kevin, tiga hari lalu dia bilang ke gua"

     "haaaah, kok bisa, padahal kan lu udah menang dan terus lu juga udah jadi pembicaraan murid-murid cewek karena puisi lu bagus"

    "tapi kayaknya kita gak perlu berusaha lagi buat jadi hebat dimata orang lain deh pur". Purno mendengar ucapan yoga sembari tertunduk lesu.

    "iya dan ternyata kita cukup dapet orang yang bisa ngeliat dimana lebihnya kita, bukannya nuntut buat terus jadi lebih menurut dia". Purno berubah bijak sembari melihat sintya yang sedang duduk dikursi pojok kantin.

    "bener banget pur, dan itu yang sekarang gua rasain, ternyata stella tidak seharum pewangi ruangan"

     "permisi...kamu yoga ya? Ini ada hadiah buat kamu, karena waktu lomba puisi kamu jadi juara satu kan, semoga kamu suka ya". Tiba-tiba ada seorang murid perempuan menghampiri meja yoga dan purno sembari memberi sebuah kotak yang dibungkus rapih, berpita merah, lalu dia pergi begitu saja dan memberikan senyumnya pada yoga.

     "dia siapa pur, kok tiba-tiba ngasih kado ke gua"

     "dia sheila, anak kelas IPS 2". Lalu purno dan yoga saling menatap, senyum tipis mekar di bibir mereka berdua. "kayaknya dia suka sama lu yog" ucap purno sementara yoga diam tak percaya.

     "kayaknya gua berhasil jadi pemeran utama versi gua pur dan sheila adalah orang yang bisa menerima itu" sembari tersenyum bahagia yoga lalu memesan dua piring siomay Bandung bermaksud mentraktir purno.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline