Konsep menghamba pada anak merupakan sebuah gagasan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa dan tokoh pendidikan Indonesia. Ia mengajarkan bahwa guru harus mampu memahami dan memenuhi kebutuhan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
Dalam konsep ini, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa guru harus mampu memahami dan menghargai siswa sebagai individu yang unik, dengan kebutuhan, minat, dan potensi yang berbeda-beda. Guru juga harus memahami latar belakang sosial, budaya, dan lingkungan siswa, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Menghamba pada murid bukanlah berarti guru tunduk dan menuruti keinginan siswa tanpa batas. Guru tetap harus menjalankan tugasnya sebagai pendidik, dengan memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, serta mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang baik.
Dalam konteks ini, menghamba pada anak juga berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri mereka secara maksimal. Guru harus memberikan ruang dan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengeksplorasi potensi dan minat mereka, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
Pendekatan menghamba pada anak juga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Ketika guru mampu memenuhi kebutuhan siswa dan memberikan perhatian yang cukup, maka siswa akan merasa dihargai dan terdorong untuk belajar dengan semangat yang lebih tinggi.
Konsep menghamba pada anak juga mendorong terciptanya hubungan yang positif antara guru dan siswa. Dalam hubungan yang positif ini, siswa akan merasa nyaman dan aman untuk berinteraksi dengan guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H