Lihat ke Halaman Asli

Varian Omicron Serta Penyebaran dan Gejalanya

Diperbarui: 17 Desember 2021   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber:pingpoint.co.id)

Masyarakat telah heboh dengan adanya kabar bahwa virus Corona varian Omicron telah masuk ke Indonesia. Omicron adalah varian baru COVID-19 setelah varian Delta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Virus corona memasuki sel tubuh menggunakan lapisan lonjakan protein yang kita sebut dengan corona. Lapisan protein ini kemudian membuat salinannya sendiri di tubuh kita, di mana pasti ada beberapa kesalahan atau mutasi. Mutasi yang terjadi tidak selalu berbahaya, tetapi mutasi dapat membuat virus lebih mudah menyebar dari orang ke orang dan menginfeksi lebih banyak orang. Semakin banyak orang yang tidak divaksinasi atau tidak memiliki kekebalan dari COVID-19, semakin besar peluang virus corona menyebar dan terbentuk terkait variannya. Menurut Dr Jennifer dari The Doherty, evolusi varian baru didorong juga oleh proses seleksi alam. Seperti contoh varian Delta pada akhirnya tumbuh mengungguli varian lainnya karena menyebar lebih cepat dan lebih efektif. Kesimpulan yang ditarik, mutasi virus akan terus terjadi karena virus varian baru akan mengungguli varian yang sebelumnya. Dr Juno juga percaya bahwa peluang virus untuk semakin menular dan menyebar akan sangat berkurang jika semakin banyak orang yang divaksin.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan kasus pertama varian omicron di Indonesia " Tadi malam tanggal 15 Desember kami mendeteksi ada seorang pasien inisal N merupakan pekerja pembersih di Rumah Sakit Wisma Atlet yang terkonfirmasi varian Omicron" . Menurut GISAID, sudah dikonfirmasikan oleh GISAID bahwa memang ini adalah varian Omicron. Adapun gejala atau keluhan awal dari varian omicron ini adalah lelah selama satu atau dua hari, sakit kepala, nyeri badan, nyeri tenggorokan namun tidak kehilangan indra penciuman atau rasa dan tidak ada penurunan kadar oksigen. Seperti yang dikatakan oleh dokter yang pertama kali mendeteksi varian omicron di Afrika , Dokter Angelique Coetzee mengatakan "Pasien tidak mengalami batuk-batuk, dan juga tidak kehilangan fungsi indra penciuman maupun indra perasa". Dilihat hingga sekarang Indikasi awal menunjukkan bahwa varian Omicron tidak lebih berbahaya daripada varian Delta , namun para ilmuwan membutuhkan lebih banyak informasi sebelum mengambil kesimpulan tentang tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan varian Omicron.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline