Mengajak Kebersamaan Islam di Indonesia
Oleh : Andin Alfigenk Ansyarullah Naim
Seperti pertarungan sepakbola, saling serang dan saling balas tendangan, kadang masing-masing tim berhasil menghasilkan sebuah gol, penonton bergembira sorak sorai, permainan semakin panas.
Perumpaan diatas adalah perumpaan sederhana, mengenai apa yang selalu hangat dalam politik islam yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini.
Kelompok traditional disana dan kelompok salafi modern yang juga disana.
Agak sulit mengklasifikasi kelompok mana yang benar benar bertarung, tapi setidaknya ada dua pandangan yang saling berhadapan untuk menggapai ekspetasinya masing-masing.
Politik memang menembus batas abu-abu apapun itu, hingga benar-benar sulit kita mengerti secara lugas, tiba-tiba saja kita mungkin tertipu akan apa yang kita percayai saat ini, kita harus sadar bahwa rerata kita bukan pemain politik itu sendiri, kita bukan pengambil keputusan politik , kita hanya penggembira di belakang layar yang jika beruntung kita mungkin bisa memberi sedikit pengaruh bagi si empu kebijakan.
Kelompok traditionalis di indonesia menurut pandangan pribadi saya sangat banyak macam dan beragam, masing-masing daerah dan pulau mempunyai kekhasannya masing-masing yang hingga kini masih belum banyak kita kenali dan pahami dengan sedemikian rupa.
Tak bisa misalnya sebuah kehidupan dan budaya serta tradisi Islam di ibukota kabupaten kota baru pulau laut akan dijadikan sebagai sebuah islam di indonesia, dan tak tepat pula tradisi islam disebuah kerajaan di kepulauan nusa tenggara adalah representasi dominan di indonesia saat ini, meski hal ini bisa diperdebatkan tapi saya percaya bahwa hal ini sulit untuk dibantah.
Nyatanya, dominasi dalam wacana yang dibangun serta ditawarkan lebih mewakili kalangan Nahdatul Ulama atau NU, kita sering membaca hal itu ditelivisi, menontonnya di radio dan mendengarkannya dalam berbagai publikasi dimedia massa baik cetak maupun online.