Lihat ke Halaman Asli

Monokromnya Politik Indonesia

Diperbarui: 15 April 2022   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Politik Indonesia pada saat ini memang merupakan topik yang lagi hangat dibahas oleh berbagai kalangan rakyat Indonesia. Dengan asumsi politik Indonesia yang dianggap sudah kotor, sudah banyak mengecewakan rakyat, apalagi dengan peristiwa yang terjadi seperti kenaikan BBM, langkanya minyak bumi, dan juga yang paling heboh yaitu ancang ancang Presiden 3 periode.

Saya juga sebagai mahasiswa ingin menyuakan pendapat mengenai politik Indonesia, Politik Indonesia yang sudah benar-benar rancu, dengan adanya kenaikan BBM yang semakin mencekik masyarakat, langkanya minyak yang semakin hari membunuh perekonomian masyarakat secara perlahan, seakan akan pemerintah tidak memikirkan rakyat kecil dengan drama drama langkanya minyak di negeri ini. Apalagi dengan keinginan presiden Jokowi 3 periode, bukankan konstitusi Indonesia menangis dengan kabar itu.

Mengaca dari sejarah, Soekarno yang ingin menjadikan Presiden seumur hidup, Soeharto yang berdalih menjadi presiden 50 tahun, bukankah kehausan akan kekuasaan tersebut menghancurkan dirinya sendiri.

seharusnya Presiden sekarang mengaca pada hal itu, dan tidak selalu menuruti partai yang mengkambing hitamkannya, berdalih 3 periode agar jabatannya tetap bertahan

Rakyat tidak buta, denga peristiwa yang membuat sengsara rakyat, peraturan yang diluar nalar, tentu saj rakyat meronta ronta ingin mengganti presiden, sekian lama menunggu dengan dekatnya Pemilu, malah ada wacana 3 periode, bukankan itu sudah terlalu serakah.

Kemabali lagi dengan kenaikan BBM, Langkanya minyak yang hampir bebarengan, dari itu sudah membuktikan bahwa pihak penguasa sudah tergiur dengan kekuasaan, sudah buas sekali. Apalagi pada tahun tahun terakhir terdapat beberapa UU yang sangat tidak menguntungkan rakyat, dengan jelas hanya orang penguasa yang diuntungkan, sedangkan rakyat jelata dilantarkan.

Dengan berbagai usaha agar tidak tertindas dinegeri sendiri, terasingkan dibumi pertiwi, dan teraniaya oleh perwakilan rakyat yang memikirkan diri sendiri, meskipun tidak semua perwakilan rakyat tidak menutup mata, akan tetapi penguasa tertinggi yang mempunyai pengaruh tinggi juga menutup mata dan telinga seakan semuanya baik baik saja.

Didepan Gedung DPR banyak aksi dari para mahasiswa yang punya iba dengan nasib bangsa, memikirkan masa depan bangsa yang mau dihancurkan oleh penguasa, padahal tahta tertinggi itu ada ditangan rakyat, bukan kah Indonesia masih negara Demokrasi, atau sekarang hanya sebuah julukan saja.

(alfiatus zahro HTN1'20 UIN KHAS JEMBER)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline