Lihat ke Halaman Asli

Alfiansyah_senja

Penulis artikel, foto, dan traveling

Tanggung Jawab Seorang Is dan Lagu untuk Mahasiswa Berorasi

Diperbarui: 30 September 2019   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Setelah menampilkan band pembuka, lampu panggung masih remang. Lampu hias kecil berkedip-kedip. Setelah master of ceremonies omong-omong demi menghibur penonton agar tidak garing, maka, waktu yang ditunggu-tunggu pun telah tiba.

"Kita panggilkan, Pusakata!"

Beberapa personil band, dengan alat musiknya masing-masing telah bersiap. Ia pun berada di tengah panggung, dengan gitar andalannya, yang body-nya transparan. Kali ini ia memakai pakaian serba hitam. Rambutnya lebih gondrong dan dibiarkan terburai, kadang menutupi mata, dan sedikit tambun.

Jika di Payung Teduh lebih folk, natural, dan ritmis, di Pusakata, Mohammad Istiqamah Djamad atau kerap disapa Is, tampil lebih berani dan sekejap, warna musiknya sungguh berbeda. Ada pop/jazz dan petikan gitar folk, terkesan lebih ceria. Tapi, liriknya tetap nuansa Is.

Tampil di Universitas Balikpapan, Sabtu, (28/9/2019), ditengah-tengah konsernya, ia menyapa penonton yang mayoritas para mahasiswa.

"Hidup Mahasiswa!"

Serempak, penonton membalas, "Hidup mahasiswa!" sambil mengepalkan tangan kiri, sebuah simbol perlawanan dan perjuangan mahasiswa.

Melihat fenomena apa yang telah dilakukan gerakan mahasiswa saat ini, adalah sebagai bukti otentik bahwa mahasiswa itu tetap ada sebagai penyambung suara rakyat. Tukang protes kebijakan pemerintah yang tak masuk akal itu, adalah kewajiban para mahasiswa.

"Jika kalian diam, berarti tidak berguna bagi bangsa ini. Sebaik-baik makhluk (manusia), dialah yang bermanfaat bagi bangsa ini," lanjutnya, disambut tepukan penonton.

Bahkan, ada satu lagu yang saya lupa apa judulnya, yang lirik dan lagunya dibuat oleh Is. Katanya, lagu ini cocok dipakai untuk berorasi di jalan dan sebagai bentuk representasi kegelisahan mahasiswa dan politik yang amburadul itu. Saat itu juga ia mengganti gitarnya dengan gitar elektrik warna merah. Rambutnya yang diikat, dilepas, lalu di biarkan terburai.

"Lagu ini saya buat ketika heboh-hebohnya pemilihan Presiden. Bisa dipakai di jalan untuk berorasi. Lagu ini aku ciptakan untuk pemuda yang berguna untuk bangsa ini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline