Lihat ke Halaman Asli

Sepenggal Cerita Nyata dari Kebakaran di Klandasan Ulu, Balikpapan

Diperbarui: 7 Januari 2018   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpribadi

Dan saya juga mendengar berbagai cerita. Entah itu hanya isu, gosip atau tidak. Tapi kejadian seperti ini selalu ada di setiap kota-kota besar. Katanya, ini bukan "cerita mati". "Cerita mati" dalam arti bukan "omong kosong". 

"Omong kosong" yakni bukan cerita yang dibuat-buat. Cerita ini benar-benar terjadi di mana-mana, yang katanya demi pembangunan modern dan menata estetika kota. Mungkin Anda tahu sendiri apa yang saya pikirkan terkait cerita tersebut.

***

Setelah musibah yang melanda di pemukiman Kelurahan Klandasan Ulu, Kecamatan Balikpapan Kota, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (5/1) dini hari, sebagian kepala keluarga terpaksa menginap di tenda pengungsian di belakang Masjid At Taqwa atau tepatnya di eks bangunan Polda lama.

Malamnya, saya dan teman-teman saya menyumbang pakaian bekas ke posko tersebut. Walau tengah malam, tapi suasananya tetap ramai. Pengunjung, dinas sosial, serta instansi atau lembaga lainnya sibuk menata baju bekas dan sembako yang datang.

Baru saja tiba baju bekas kami langsung diambil oleh petugas dan ditumpuk jadi satu di salah satu tenda yang menampung khusus baju bekas. Banyak sekali baju bekasnya, ada sekitar 2 ton dan bahkan bisa lebih. Dan untuk sembako pun juga banyak sekali. Mulai dari beras, mie, serta bahan-bahan pokok perlengkapan rumah tangga lainnya.

Saya berjalan menyusuri setiap lorong tenda pengungsian. Saya lihat jam. Pukul 22.10 Wita. Pertama saya ke pos pengumuman. Di pos itu, saya mencari informasi berapa saja kepala keluarga yang kehilangan rumah. Dan apakah ada korban nyawa yang meninggal.

Jumlah kepala keluarga yang menginap di tenda pengungsian ada 60 KK dengan 184 warga sipil dan 41 pelajar. Ada 5 RT yang terbakar, sebanyak 129 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Dan beberapa lainnya, ada 353 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.

Mata saya tertuju ke nama korban yang meninggal. Lama saya menatap ke tulisan atas nama Sri Aminah, ibu berusia 35 tahun. Ia meninggal bersama dua anak laki-lakinya, Daffa (7 tahun) dan Fauzan (3 tahun).

Ia meninggal karena terkurung kobaran api. Dari foto yang beredar dan tak sengaja saya lihat karena ada di grup Whats App tanpa sensor, di foto tersebut Aminah dalam posisi tengkurap memeluk anaknya.

Saya tak habis pikir, apa yang ada dibenak Almarhumah Ibu Sri Aminah, di mana ia menghadapi sakratul maut bersama kedua anaknya. Perlahan-lahan atau dengan cepat api menjalar ke tubuhnya, hingga menghanguskan kulit dan tulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline