Lihat ke Halaman Asli

Pilihan Ramang, Antara Ikan di Darat atau Kuda Pacuan

Diperbarui: 28 November 2017   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Di ambil dari buku | Dokumen pribadi

*Mengenang 30 tahun kematian legenda sepak bola Indonesia, Andi Ramang, 24 April 1924 --- 26 September 1987.

"Meninggalkan sepak bola sama saja menaruh ikan di daratan. Hanya bisa menggelepar-gelepar, lalu mati"

Itulah yang diungkapkan oleh Andi Ramang, atau yang biasa dikenal dengan nama Ramang, pria kelahiran Barru, Sulawesi Selatan, sekaligus bintang pesepakbola Indonesia tahun 50'an.

Sebagai pencinta sepak bola Indonesia di era kepelatihan Tony Poganik. Pelatih asal Yugoslavia yang menjadi warga negara Indonesia (WNI) itu, mampu mengantarkan Indonesia masuk dalam perhitungan sepak bola Eropa, di mana skuad Merah Putih mampu menahan imbang 0-0  tim raksasa Uni Soviet pada Olimpiade 1956 di Melbourne.

Ramang bercerita, bisa saja kala itu Indonesia berhasil memukul mundur Uni Soviet jika saja kejadian di menit 84' tersebut tidak terjadi. "Ketika itu saya hampir mencetak gol, tapi baju saya ditarik dari belakang oleh pemain lawan," cerita Ramang.

"Bek-bek Uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun saat Ramang, penyerang lubang bertubuh kecil, melewati dua pemain dan memaksa Yashin melakukan beberapa kali penyelamatan.

Pada menit ke-84' pemain berusia 32 tahun itu (Ramang) hampir saja membuat Indonesia unggul, yang bakal menjadi puncak kejutan, andai saja tendangannya tidak ditahan pria yang dikenal luas sebagai kipper terhebat daam sejarah sepak bola," demikian tulis FIFA, di lansir dari situs media online, Goal.com.

Sampai saat ini, sosok Ramang di Pulau Celebes begitu familiar. Berbagai cerita dan kisah hidupnya selalu diceritakan, bahkan--mungkin dilebih-lebihkan--Ayah saya yang asli orang Mandar (nama suku yang ada di Sulawesi Barat, pars pro toto Bugis-Makassar-Mandar-Toraja) sering bercerita bahwa, sepak bola Indonesia para era tahun 1950-an begitu jaya. Apalagi, klub sepak bola PSM Makassar. Jika PSM main, Ramang pasti akan ditunggu-tunggu karena selalu mencetak gol-gol spektakuler.

"Itu sangat jaya karena ada Ramang. Ramang ketika membawa bola itu seperti bola yang mengikutinya dan bukan dia yang mengejarnya. Bahkan, penjaga gawang akan takut apabila yang menendang bola adalah Ramang, karena, tendangannya sendiri sangat keras dan bahkan bisa sampai patah tangan si penjaga gawang apabila tendangannya itu ditangkap," cerita Ayah saya. Entah cerita itu benar atau tidak, yang jelas, ceritanya itu, ia dengar juga dari para orang tua.

Mungkin agak lebay, namun, orang tua pastinya punya kisah sendiri mengenai sosok Ramang. Namun, dari cerita-cerita itu dapat diambil kesimpulan bahwa, Ramang memang mempunyai tendangan yang sangat keras, akurat dan jauh dari nalar manusia. Mungkin Anda bisa membayangkan sosok Pele yang sedang menggiring bola, sentuhan kaki dari Diego Maradona, tendangan keras Crisitan Ronaldo, atau akurasi kaki kiri Lionel Messi. Ah, mungkin seperti itulah.

Sampai saat ini, semangat Ramang adalah sebuah simbol perlawanan anak-anak Makassar agar tak pantang menyerah ketika berlaga di lapangan. Sapu bersih tanpa kompromi. Penegasan harga diri menolak menyerah. Pelatih-pelatih sepak bola atau pesepakbola pasti akan mengenal bagaimana sosok pemain asal Makassar yang terkenal akan ciri khas gaya permainan yang keras, tegas, tanpa kenal kompromi, dan terlebih tak muda pantang menyerah baik secara kolektif maupun per individu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline