Analisis wacana kritis adalah bidang studi yang berusaha untuk mengkaji penggunaan bahasa dalam komunikasi yang nyata. Hal ini melibatkan penelitian dan analisis terhadap bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, baik secara lisan maupun tulisan. Analisis wacana kritis memiliki pendekatan kritis dalam menganalisis bahasa. Pendekatan ini melibatkan kajian mendalam dan upaya untuk mengungkap kegiatan, pandangan, dan identitas yang terkandung dalam bahasa yang digunakan dalam wacana (Reditya, 2017).Eriyanto (2009) juga menambahkan bahwa analisis wacana adalah praktik penggunaan bahasa yang digunakan untuk menggambarkan suatu objek dengan mengaitkan ideologi di dalamnya. Analisis wacana berbeda dengan pendekatan linguistik formal yang lebih fokus padaunit kata, frasa, atau kalimat secara terisolasi tanpa memperhatikan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut. Sebaliknya, analisis wacana menitikberatkan pada level di atas kalimat, seperti hubungan gramatikal yang terbentuk dalam konteks yang lebih luas daripada kalimat itu sendiri. Dalam bidang psikologi sosial, analisis wacana diartikan sebagai analisis terhadap pembicaraan. Secara keseluruhan, analisis wacana dilakukan untuk memahami makna secara menyeluruh dari sebuah pesan atau teks, baik yang terungkap secara eksplisit maupun tersirat.
Menurut Aminuddin (2003:52), makna tidak hanya berasal dari kata-kata, tetapi juga terkait erat dengansistem sosial budaya atau realitas eksternal yang diacu, pengguna bahasa, dan konteks sosial-situasional di mana bahasa digunakan.Dalam seni, analisis wacana terlihat melalui pengamatan terhadap tema, simbol, narasi, dan gaya visual yang digunakan dalam karya seni. Melalui analisis wacana, pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh seniman dapat diidentifikasi melalui pilihan warna, komposisi, dan elemen visual lainnya dalam lukisan atau instalasi seni. Kontekssosial, budaya, atau politik juga tercermin dalam karya seni. Dalam musik, analisis wacana dapat diterapkan dengan menganalisis lirik. Dengan analisis wacana musik, tema, pesan, atau cerita yang ingin disampaikan oleh penulis lagu dapat dipahami. Bahasa dan tatanan musikal juga menciptakan suasana atau emosi tertentu pada lagu.
Menurut Fairclough (1995), analisis wacana kritis mengungkap bahwa wacana merupakan bentuk dari praktik sosial. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kriteria yang holistik dan kontekstual dalam menganalisis wacana. Selain aspek kebahasaan yang terdapat dalam struktur teks, terdapat aspek lain yang juga perlu diperhatikan untuk memahami makna dari sebuah wacana. Hal ini meliputi interpretasi yang muncul dariproses produksi dan konsumsi teks, serta aspek sosial-politik yang mempengaruhi pembuatan teks tersebut (praktik sosial-politiknya). Dengan kata lain, sejarah dan konteks yang membentuk wacana juga perlu dipertimbangkan. Dalam mempertimbangkan aspek ini, berbagai dimensi bahasa dan pemikiran yang ada dalam wacana dapat dipahami. Kedua dimensi ini dipengaruhi oleh faktor psikologis pembuat teks yang berinteraksi dengan situasi dan kondisi sosial-politik yang ada.
Fairclough berpendapat bahwa analisis terhadap teks saja, seperti yang umumnya dikembangkan oleh ahli linguistik, tidaklah cukup. Hal ini dikarenakan analisis semacam itu tidak dapat mengungkap secara mendalam kondisi sosio-kultural yang menjadi latar belakang munculnyateks. Sebaliknya, pandangan ini juga mengkritik pendekatan poststrukturalis yang lebih menekankan aspek sosio-kultural dalam munculnya teks tanpa menyediakan metodologi yang memadai untuk menganalisis teks sebagai representasi dan artikulasi dari pemikiran, kepentingan, dan ideologi yang melekat pada teks.
Dalam analisis diskursusnya, Fairclough mengusulkan model tiga dimensi yang mencakup tiga domain yang harus dianalisis. Pertama, teks itu sendiri, yang dapat berupa ucapan, tulisan, gambar visual, atau kombinasi dari ketiganya. Kedua, praktik diskursif yang melibatkan produksi dan konsumsi teks, yaitu bagaimana teks tersebut diciptakan, digunakan, dan diinterpretasikan dalam konteks sosial. Ketiga, praktik sosial yang mengacu pada konteks sosial, kekuasaan, dan hubungan sosial yang mempengaruhi teks dan praktik diskursif tersebut. Dengan menganalisis ketiga dimensi ini, analisis diskursus dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang teks, praktik diskursif, dan konteks sosial yang melingkupinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H