Bab 9 -- Serangan Maut
Bukankah peperangan adalah jalan terburuk yang dipilih manusia untuk membuat sebuat kedamaian ? Lantas, apa untungnya manusia saling berperang ? Saling memperebutkan kekuasaan, mengadu domba orang -- orang berakal sehat dengan orang -- orang berpenyakit kejiawaan. Memamerkan kekuatan, merasa dirinya lebih berhak atas kekuasaan yang pada hakikatnya kekuasaan itu hanyalah seperti cawan kosong di dalam kolam kering. Cawan itu kemudian diisi dengan air yang memenuhinya. Sampai suatu ketika cawan itu tidak mampu menampung air lagi hingga membuatnya tumpah ke permukaan kolam. Awalnya, air itu terus mengalir ke setiap sudut kolam. Kemudian, ketika aliran air tersebut sudah mennyentuh setiap sudut kolam, ia memutuskan untuk naik. Perlahan tapi pasti.
Air tersebut seakan -- akan ingin menggapai puncak cawan. Cawan itu tetap diisi air dan ia tetap mengalirkan sisanya ke kolam. Hingga pada waktu yang tidak diduga, air yang ada di dalam kolam telah naik hingga menutupi dua pertiga tinggi cawan. Tetapi, cawan tetap merasa baik -- baik saja tanpa merasa curiga sedikitpun. Sayangnya, kepercayaan tersebut telah menipunya. Ia terlalu percaya kepada kolam tanpa memahami bahwa kolam tersebut terlalu tinggi untuk ukuran dirinya. Pada akhirnya, ia pun tenggelam dengan kepercayaannya yang lalu dan tidak pernah lagi terlihat baik -- baik saja. Itulah hakikat dari sebuah kepercayaan yang tidak didasari dengan pemahaman yang baik.
OoOoOoO
Aku tidak menyangka bahwa Em masih hidup dan menggerakan kelompok rahasia. Bahkan, ia datang ke klan asalku dengan membawa kejutan. Tetapi, waktu tidak memberikan jeda untuk saling menyapa sedikitpun karena takdir memutuskan hal lain. Aku menghitung keseluruhan orang yang berada di sekitarku. Hanya 35 orang. Tidak kurang dan tidak lebih. Jumlah musuh menyentuh angka 1000 orang. Jumlah yang tidak masuk akal dengan kemungkinan untuk menang tidak lebih dari lima persen.
"Kau salah, nona muda."
Kata sebuah suara di kepalaku yang membuatku cukup terkejut mendengarnya.
"Jumlah kita memang sedikit. Tetapi, kemampuan kita tetap diatas mereka. Lagi, jumlah mereka akan berkurang hingga sepertiganya saat mencapai 500 meter di depan kita."
"Siapa kau ? Bagaimana kau bisa masuk ke dalam pikiranku ?" Tanyaku.
Tidak ada suara yang menjawab. Tetapi, seseorang menepuk pundak dari belakang.
"Aku Blauer Edelstein. Kau bisa memanggilku Ed ataupun Arch. Terserah dirimu." Kata seorang perempuan di belakangku. "Apakah kau mengenaliku, Nona Sarah ?"