Lihat ke Halaman Asli

The Last Son of Krypton; The Death of Superman

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1345858166400731322

[caption id="attachment_208556" align="aligncenter" width="505" caption="Sumber gambar : IMdb Man of Steel"][/caption]

Smallville, Amerika Serikat

Ladang jagung yang terhampar begitu luas, bergoyang diterpa angin pembawa hujan, langit gelap datang menyirami setiap jengkal wilayah dengan airmata dunia. Di dalam mobil yang terus bergerak, Lois Lane tak henti menyapu airmatanya. Perjalanan itu merupakan napak tilas masa lalu kehidupan sosok yang dicintainya. Clark Kent, begitu rindunya dia dengan nama lelaki yang sejak lama mengisi ruang kehidupannya.

Ketika mobil yang dikendarai oleh Lane berhenti di depan rumah yang berada di antara ladang jagung yang luas, gemuruh petir berteriak penuh tegur, hujan rintik menggapainya dengan perlahan tanpa terasa olehnya. Langkahnya tidak terburu-buru, berkali-kali disapunya wajahnya agar raut kesedihan sirna, namun dia tidak mampu membohongi perasaan yang sedang bergejolak dalam hatinya.

Daun pintu diketuknya perlahan, suara langkah di dalam rumah terdengar mendekati daun pintu. Ketika daun pintu itu terbuka, Lane bisa melihat perempuan tua berambut putih menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Tanpa basa-basi Lane merentangkan tangannya dan memeluk perempuan tua yang memiliki nama Martha Kent.

“Dia tiada, mereka memberitahuku,” ucap Lane dengan suaranya yang parau karena menangis.

“Masuklah—,” Martha juga terdengar serak, kesedihan itu tak bisa disembunyikannya juga. “

-S-

Metropolis, Amerika Serikat

Jubah merah berkibar melintasi gedung tinggi pencakar langit, beberapa bagian dari gedung-gedung itu hancur dan beberapa bagiannya lagi terbakar dengan asap hitam mengepul menutupi cahaya matahari. Kota sibuk itu berubah menjadi neraka yang mengerikan, semua itu hanya karena ulah sesosok monster besar yang terlahir dalam kekerasan. Doomsday, begitulah orang-orang menyebut makhluk penghancur tadi. Namanya, sama mengerikannya dengan apa yang telah diperbuatnya.

Mobil Polisi yang sebelumnya mengepung Doomsday, kini sudah kosong, orang-orang melarikan diri dengan rasa takut yang begitu besar. Doomsday mengangkat salah satu mobil, memutarnya dengan keras lalu melemparkannya ke sosok berjubah merah yang meluncur melintasi gedung-gedung.

Serine mobil Polisi menguasai penjuru kota, begitu juga dengan teriakan meminta tolong. Sosok berjubah merah mendengar itu semua tapi dia tidak bisa berbuat banyak untuk menolong semua orang, karena sekuat apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya, dia tidak bisa melakukan penyelamatan dalam waktu yang bersamaan.

Dengan kecepatan yang hampir menyamai kecepatan kilat. Sosok berjubah merah tadi menerjang mobil Polisi yang mengarah kearahnya, mobil terbelah dua dan kecepatannya sedikit pun tidak berkurang. Serangan cepat itu mengarah lurus kearah Doomsday.

Doomsday tidak heran dengan kemampuan lawannya itu, namun dia tahu kelemahan lawannya yang biasa disebut orang-orang dengan sebutan Man of Steel itu. Batu Krypton, batu hijau yang berasal dari Planet Krypton, tempat sang pahlawan super dilahirkan.

Terjangan lurus dari udara tak bisa dihindari oleh Doomsday, tubuhnya yang besar terdorong ke depan, mengikis aspal legam yang mencoba jadi tempat dia bertahan, dalam keadaan secepat itu Doomsday mengayunkan pukulannya dari samping, menghantam wajah sang pahlawan super. Domsday terlempar ke depan sedangkan lawannya terlempar ke samping dan menghantam dinding gedung.

Dia berpegangan pada pecahan aspal untuk menahan tubuhnya dan ketika dia menoleh kearah dinding gedung yang hancur tempat sosok biru berjubah merah tadi terlempar, sebuah pukulan keras menghantam wajahnya, pukulan itu tidak hanya sekali namun berkali-kali. Pukulan keras tadi tidak mampu menghentikan Doomsday untuk melawan. Dan tendangan memutar menghentikan pukulan bertubi tadi sejenak.

Cahaya merah lurus keluar dari kedua bola mata yang berwarna biru. Cahaya merah mematikan itu merupakan sebuah lasar penghancur yang bisa memotong tubuh lawan-lawannya namun tidak pada Doomsday. Struktur tubuh yang kuat berlapis baja membuat sinar penghancur tadi tidak berarti apa-apa. Hempasan keras menggunakan besi pagar oleh Doomsday membuat wajah sang pahlawan super berdarah.

Cukup lama sang pahlawan super terbaring di atas aspal, namun semangatnya tidak pernah pudar untuk menolong warga Metropolis. Dengan kelelahan dia bangkit, meloncat tinggi lalu memutar kebelakang mencoba mengelabui Doomsday. Dan gerakan itu tidak terlihat, dengan cepat kedua tangan kokoh merangkul Doomsday, membawa tubuh besar tadi terbang melewati awan gelap. Doomsday tidak hanya diam, dia berpaling dengan mudah dan melakukan pertarungan di udara yang begitu sengit. Mereka berdua jatuh bersama, saling pukul satu sama lainnya, dan ketika mereka berdua menyentuh bumi, gelombang dasyat yang terbentuk menggetarkan segalanya yang ada di sekitar mereka, kawah besar terbentuk di tengah jalan.

“Mengapa kau ingin menghancurkan kehidupan di Bumi?,” tanya sang pahlawan super sembari bangkit dengan perlahan.

“Tak ada yang layak dipertahankan di Planet ini. Masa berakhir Bumi sudah tiba.” Doomsday melayangkan pukulan keras ke depan.

Loncatan sekali ke belakang menghindari pukulan keras tadi. “Ada banyak kebaikan di sini—.”

“Kebaikan yang berujung pada kejahatan, keserakahan, ketidak setabilan tata surya,” jelas Doomsday dengan suaranya yang berat. “Manusia harus segera dimusnahkan.”

“Manusia akan selalu berubah menjadi lebih baik.”

“Itulah yang membuatmu lemah,” Doomsday melempar bongkahan aspal.

Jubah merah berkibar terbang, menghindari bongkahan aspal yang cukup besar, kemudian menerjang tanduk Doomsday hingga sosok besar itu terlempar dan terhempas ke tiang jembatan. Titik kelemahan itu membuat Doomsday sedikit melamban. Di kesempatan yang begitu sempit itu, jubah merah melayang dengan kecepatan dua kali kecepatan sebelumnya, kali ini dia memegang Doomsday dengan sangat erat, membawanya terbang ke langit, menerjang atmosfer bumi. Semakin ke atas semakin sulit Doomsday bernafas karena semakin hampa dengan udara. Ketika sang pahlawan super mendorong Doomsday untuk mengakhiri pertarungan panjang itu. Doomsday menarik sebuah benda kecil tapi runcing dari balik dadanya. Benda itu berwarna hijau menyala, melemahkan sang pahlawan super.

Dan ketika batu hijau tadi ditusukkan ke tubuh berlapis pakaian biru dengan jubah merah tadi, tubuh kuat dalam seketika menjadi lunglai, terdorong ke bawah hingga menyentuh atmosfer Bumi. Doomsday terlempar ke luar angkasa sedangkan lawannya jatuh kembali ke Bumi dalam keadaan tidak sadar.

Jubah merah terbakar karena menerima gesekan dari atmosfer bumi, sedangkan tubuh kokoh itu meluncur jatuh bagaikan meteor seperti pertama kali dia datang ke Bumi. Batu krypton merenggut kehidupannya.

Seorang bocah yang bersembunyi di balik mobil taksi, bangkit dan menatap ke langit, tak jauh dari tempatnya berada sosok yang dilihatnya dilangit tadi jatuh. Sosok kuat, bermata biru, berambut hitam dengan karisma luar biasa itu, telentang dengan tubuh tak bergerak, nafasnya tidak lagi terlihat di dadanya. Harapan pun menjadi kelabu.

“Superman,” teriak bocah tadi menghampiri sosok yang dikaguminya itu. “Superman,” teriaknya tak percaya.

Dan seorang perempuan berlari menghampiri bocah tadi, diangkatnya tubuh Superman perlahan, dipegangnya wajah tampan itu. Di dalam pangkuannya orang yang paling disayanginya pun pergi meninggalkan kehidupan.

-S-

Lex Luthor meneteskan airmatanya, dia membawa sebuah rangkaian bunga mawar putih, meletakkannya di atas kuburan baru berlapis baja. Simbol huruf S besar menunjukkan pemilik kuburan tadi.

“Aku akan merindukanmu,” ucap Luthor yang kemudian pergi meninggalkan kuburan yang dipenuhi dengan rangkaian bunga dan lilin yang terus menyala.

Ketika Luthor mencapai pohon beringin yang berada di samping mobilnya, seorang perempuan bergerak menuju kuburan yang baru saja ditinggalkan olehnya tadi. Kita semua kehilangannya. Ucapnya dalam hati yang kemudian memalingkan wajahnya.

Mobil mewah hitam itu melaju menyusuri jalan yang penuh dengan orang-orang yang berdoa dalam kesedihan, mobil tadi berhenti di depan sebuah gedung tinggi tempat sang pemilik mobil tinggal.

Ketika memasuki ruang kerjanya sebuah peti terbuka di samping lampu-lampu besar yang menerangi ruangan. Luthor bersandar pada peti tadi kemudian melihat ke dalam, kearah isi peti tadi.

“Aku percaya kau akan kembali. Begitu juga dengan pertarungan kita yang tidak pernah usai.” Lalu peti pun ditutupnya dengan perlahan.

-S-

4 Bulan Kemudian…

Sebuah Truk berhenti di pinggir jalan yang sepi, seorang laki-laki yang sebelumnya berdiri di pinggir jalan berlari menghampiri truk tadi. Sang sopir truk bertanya pada laki-laki tadi.

“Mau kemana?.”

“Entahlah!,” jawabnya sambil menarik ransel yang dibawanya.

“Apa yang kau cari?,” tanya sopir truk lagi.

“Mungkin tempat asalku,” jawabnya sedikit ragu.

“Siapa namamu?.

“Kal-EI.”

Sopir truk tadi mengerutkan keningnya karena baru kali itu dia menemukan seseorang yang memiliki nama seaneh itu. “Mau menumpang?.” Dia menawarkan sambil membukakan pintu Truk.

Laki-laki tadi naik dan duduk di sebelah sopir truk tadi. “Kau bisa memanggilku Clark,” ucapnya pula.

“Ya kurasa itu lebih mudah dari Kal-EI,” ucap sopir truk tadi sambil tersenyum.[]

_________________________________________

NB : Untuk Joe Shuster dan Jerry Siegel, terima kasih atas sosok yang menginspirasi ini

_________________________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline