Solo -- Dalam rangka memperingati Hari Bebas Pestisida, Gita Pertiwi mengadakan acara di Hotel Dana pada Kamis (12/12). Acara ini mendatangkan narasumber, yaitu dr. Setyo Raharjo, Sp.PD dari Universitas Sebelas Maret untuk membahas bahaya pestisida dari segi kesehatan. Selain itu, Rossana Dewi selaku Direktur Badan Usaha Gita Pertiwi juga turut membawakan materi mengenai pentingnya bagi konsumen untuk menghindari penggunaan pestisida. Baik itu pestisida untuk pertanian dan rumah tangga.
Acara ini diselenggarakan dalam memperingati Tragedi Bophal, di mana pada 2 -- 3 Desember tahun 1984 sebuah pabrik pestisida bernama "Union Carbide India Limited (UCIL)" meledak di Bhopal, India. Tragedi ini menyebabkan sekitar 20.000 orang meninggal, dan sebanyak 500.000 orang mengalami gangguan kesehatan seumur hidupnya. Banyak dari mereka mengalami kebutaan, gangguan pernafasan, dan masalah kesehatan serius lainnya. Atas kejadian yang menggemparkan dunia tersebut di setiap tanggal 3-10 Desember diperingati sebagai pekan bebas pestisida. Pada peringatan ke 40 ini Gita Pertiwi ingin menegaskan kembali akan bahaya pestisida kepada setiap elemen masyarakat melalui Workshop Bebas Pestisida kepada forum urban dan periurban agriculture di Kota Surakarta dan sekitarnya.
Acara ini dimulai dengan materi dari Rossana Dewi yang menegaskan bahayanya pestisida dalam jangka panjang. Dalam tren terkini, ia menjelaskan banyaknya produk pestisida rumah tangga yang digunakan, bahkan dalam promosinya seringkali melibatkan anak-anak. Ia menjelaskan bahwasannya pestisida rumah tangga ini tergolong racun, hal ini akan memiliki dampak kesehatan yang buruk di jangka panjang. "Kebanyakan lotion nyamuk sekarang menggunakan 'gambar anak-anak' dalam promosinya. Ini sangat miris ya mengingat pestisida itu sebenarnya bukan obat, tetapi racun. Kalau dipakai terus-menerus ya tetap ada dampak kesehatannya dalam jangka panjang," jelas Rossana.
Materi kedua yang dibawakan oleh dr. Setyo menjelaskan bahayanya pestisida pertanian bagi para petani. Ia menjelaskan bahwa saat ini ada banyak sekali petani yang menggunakan pestisida, seperti di daerah Brebes contohnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan menyebabkan dampak negatif bagi petani maupun konsumen. Bagi petani yang sering melakukan kontak langsung dengan pestisida, bisa membuat keracunan, bahkan paling parah dapat menyebabkan meninggal. Ia menjelaskan banyak kasus di mana petani meninggal di sawah karena keracunan pestisida, tetapi orang awam menganggapnya meninggal karena kecapekan. Bagi konsumen, dampak pestisida juga tetap akan menghantui karena residu yang menempel pada sayur dan buah apabila dikonsumsi dalam jangka panjang akan dapat menyebabkan gagal ginjal, gangguan pada liver, dan juga keracunan. "Dampak pestisida pada manusia akan ada efek akut dan efek kronis. Efek akut yaitu dosis besar dalam waktu yang singkat. Kalau kronis itu sedikit-sedikit namun jangka panjang. Contoh yang kronis adalah dapat menyebabkan imunitas tubuh menurun, contohnya ya kanker, gondok, dan ginjal," pungkas dr. Setyo saat menyampaikan materi.
Acara ditutup dengan adanya praktik bagi seluruh peserta. Di sini peserta diajak untuk membaca label dan juga melakukan body mapping dampak paparan pestisida pada tubuh. Praktik pembacaan label ini bertujuan agar melatih peserta selalu membaca label agar paham apa isi produk yang digunakan. Sedangkan body mapping berfungsi untuk mengetahui bagian badan yang paling terdampak saat terpapar pestisida. Menurut pemaparan Rossana, perempuan lebih rentan terdampak saat terpapar pestisida dibandingkan laki-laki. Hal ini karena perempuan memiliki lebih banyak hormon yang lebih kompleks dan apabila terpapar pestisida dapat menyebabkan gangguan pada hormonal tersebut.
Basuki sebagai salah satu peserta mengaku mendapatkan pengalaman yang menambah pengetahuan dari teori sampai dengan praktiknya mengamati dampak pestisida pada tubuh
"Materi ini sangat menarik dan juga bermanfaat. Saya senang mengikuti acara ini karena mendapat ilmu sehingga ingin melindungi keluarga saya dari ancaman bahaya pestisida" Ujar Basuki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H