Lihat ke Halaman Asli

Cita Tak Sampai

Diperbarui: 30 Oktober 2018   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ujian pada sekolah swasta tentu tidak mengenakkan, begitulah nasibku dan teman- temanku ketika di bangku SMA, dengan jumlah anggota kelas hanya 12 orang sekolah dengan status terdaftar yang pada akhirnya mengharuskan kami untuk ujian pada sekolah induk atau sekolah negeri, tidak banyak teman- teman seperti kami. 

Kami ujian mendapatkan dua ijazah sekaligus, namun sayang kekecewaan hadir dalam diriku, ujian belajar sudah maksimal ijazahku nilainya rata-rata 6, tapi apa daya, kalau dibilang kecewa ya memang kecewa, tapi tidak mungkin rasanya bisa memperbaikinya, temanku bilang " ya sudah gak apa- apa yang penting kita semua lulus", dengan muka sabar temanku mengingatkanku, "terima kasih kawan" sahutku.

Selesai tamat SMA akupun tidak tahu harus melangkah kemana, sebab tidak satupu dari temanku punya rencana melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi lagi. 

Dalam kebingungan akupun memtuskan untuk mengabdi sebagai tata usaha atau apa saja yang bisa saya lakukan di tempat belajarku. mulai mengantar surat, menjadi driver, menyapu halaman, membuat papan merk, bahkan sesekali menjadi pengasuhpun aku jalani. 

Semua kulakukan yang penting aku bisa berbuat, aku mengabdi bukan tanpa alasan karena sebelumnya sekolahku kedatangan tamu dari luar negeri yakni dari negara Turki, sekolahku menjalin kerjasama berbentuk peningkatan sumber daya manusia, dalam hal ini aku mendapatkan rekomendasi dari pimpinan sekolahku untuk ambil bagian pada seleksi alumni untuk belajar di Turki. 

Masa penantian yang cukup panjang bagiku untuk mengetahui diterima dan tidaknya untuk sekolah di luar negeri berakhir dengan kabar buruk yakni kegagalan, ketika itu guruku bilang " Al" panggilan akrabku' "ijazahmu sudah kita kirim tetapi gagal dalam seleksi administrasi karena nilainya rata- rata enam", tutur guruku, "ya sudah pak kalau memang gak ada nasib saya di jalan ini semoga nanti Allah bukakan jalan lainnya pak". akupun menjawab dengan sabar meskipun dengan kekecewaan. 

Kesibukanku setelah pulang dari masa pengabdian sorenya bermain dan beraktivitas sesama kawan baik kegiatan olahraga maupun kegiatan organisasi, pengalaman mencari teman dan banyak mendapat wawasan kualami melalui kegiatan remaja masjid, temanku pada sesama organisasi berbincang padaku.

"Yan" tanya temanku, "apa rencanamu sesudah ini", akupun menjawab dengan nada datar " belum tau fer", jawabku, " loh kok kayak putus asa", ungkap temanku, "gak ah", jawabku, "terus kamu lagi mikirin apa", temanku semakin penasaran, "aku punya ide buat kita", sahut temanku, "ide apa fer", jawabku, "kita ikut tes Secaba TNI aja yuk", timpal temanku, " tanpa pikir panjang dan berbekal keterampilan baris berbaris dan kesiapan fisik sewaktu latihan pramuka akupun menjawab" ok fer" tapi kita izin dulu dengan orang tua" jawabku. " pertemuan itu kami akhiri dengan maksud kami berdua mempunyai tugas untuk berpamitan dengan orang tua untuk diizinkan mengikuti tes tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline