57 tahun yang lalu telah terjadi peristiwa yang tentunya tidak akan pernah hilang dari catatan hitam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni peristiwa G30S-PKI. Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK (Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTAPU (Gerakan Satu Oktober), dan pada Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S-PKI.
PKI (Partai Komunis Indonesia) merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia. Selain itu, PKI juga merupakan partai terbesar di seluruh dunia di luar Tiongkok dan Uni Soviet.
Sejarah berdirinya PKI (Partai Komunis Indonesia) ini tak lepas dari Indische Sociaal Democratische Veeriniging (ISDV), sebuah partai kecil berhaluan kiri yang didirikan oleh tokoh sosialis Belanda, Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau yang biasa dikenal dengan Henk Sneevliet.
PKI (Partai Komunis Indonesia) memiliki lebih dari 3 anggota, sehingga membuatnya menjadi partai komunis terbesar ke-3 didunia setelah Tiongkok dan Uni Soviet.
Tujuan utama PKI (Partai Komunis Indonesia) ialah untuk menentang imperalisme dan kapitalisme pemerintah Belanda dengan membangun serikat pekerja dan mempromosikan pentingnya kesadaran politik di antara para petani.
Pada tahun 1948, tepatnya pada tanggal 18 Sepetember telah terjadi pemberontakan pertama PKI yang bertempat di Madiun, pemberontakan ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintah yang sah yakni Republik Indonesia dan mengganti landasan negara.
Kemudian pemberontakan PKI yang kedua yakni pada tanggal 30 September 1965 atau yang biasa disebut dengan G30S-PKI ini bertujuan untuk mengguling pemerintahan di era kepemimpinan presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Peristiwa G30S-PKI ini dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit atau yang biasa dikenal DN Aidit. Beliau adalah pemimpin terakhir PKI. Dibawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata, walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.
Secara umum, latar belakang terjadinya G30S-PKI ini didominasi oleh ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era demokrasi terpimpin diterapkan, yakni pada tahun 1959-1965 dibawah kekuasaan presiden Soekarno. Selain itu, peristiwa G30S-PKI ini juga dilatar belakangi akan perebutan kekuasaan yang ingin mengubah dasar negara Indonesia dari Pancasila menjadi Komunis.
Peristiwa G30S-PKI ini terjadi pada tanggal 30 September 1965 pada malam hari hingga dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Gerakan pemberontakan G30S-PKI ini dilakukan untuk mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh dikediamannya. Sementara itu, sisanya diculik dan dibawa menuju lubang buaya.
Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S-PKI antara lain, Letnal Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Mayor Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Jenderal Siswondo Parman, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
Peristiwa G30S-PKI ini memiliki beberapa faktor,diantaranya :