Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal. Diabetes Mellitus (DM) kini telah merambah tidak hanya pada kelompok usia dewasa, tetapi juga semakin meresahkan di kalangan remaja. Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh faktor genetik, usia, obesitas, resistensi insulin, dan gaya hidup. Kebiasaan makan tidak sehat dan gaya hidup kurang aktif, kini semakin melibatkan generasi muda. Perkembangan zaman yang kian hari semakin modern membuat manusia cepat beradaptasi dengan keadaan, di mana gaya hidup modern menjadi salah satu kebutuhan sekunder di masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari pola makan masyarakat zaman sekarang yang lebih mengutamakan kemudahan daripada melihat dari segi kesehatannya. Misalnya, makanan siap saji, makanan berlemak tinggi, gula dan garam. Akibatnya menjadi pemicu terjadinya kenaikan penyakit tidak menular, diantaranya yaitu diabetes melitus. Tren merokok yang marak di kalangan remaja juga berpotensi menjadi penyebab penyakit ini. Kondisi ini tentunya menjadi ancaman serius terhadap kesehatan para generasi muda di masa mendatang.
Untuk mendeteksi Diabetes Mellitus (DM) sangat sulit karena umumnya tidak bergejala atau gejalanya ringan, sehingga penyakit ini tidak terdiagnosis untuk waktu yang lama. Adapun gejala yang muncul adalah mudah lapar, mudah haus, dan sering buang air kecil. Gejala awal yang seringkali diabaikan, seperti peningkatan rasa haus, pola makan yang tidak terkontrol, penurunan berat badan yang tidak dijelaskan, mudah ngantuk, kulit gatal, pandangan kabur, luka sulit sembuh, dan sering buang air kecil menjadi pertanda potensial adanya DM pada tahap awal. Jika penyakit ini tidak segera diatasi, dapat muncul berbagai komplikasi seperti stroke, kelainan jantung, kelainan pembuluh darah dan saraf di kaki serta kelainan pada ginjal. Ketidaknyamanan yang dihadapi remaja yang mengidap DM tidak hanya terbatas pada pengelolaan kondisi fisik mereka, tetapi juga mencakup aspek psikososial. Permasalahan emosional yang sering dialami pasien DM antara lain penyangkalan terhadap penyakitnya sehingga mereka tidak patuh dalam menerapkan pola hidup yang sehat, mudah marah dan frustasi karena banyaknya pantangan atau merasa telah menjalani berbagai terapi tetapi tidak terjadi perubahan kadar gula darah yang membaik, takut terhadap komplikasi dan risiko kematian, jenuh meminum obat, atau bahkan mengalami depresi. Stigma dan perasaan berbeda menjadi tantangan tambahan yang harus dihadapi oleh remaja dengan DM. Oleh karena itu, pendekatan holistik dalam pencegahan dan manajemen diperlukan, melibatkan edukasi kesehatan yang terfokus pada remaja, serta dukungan emosional yang memadai.
Upaya pencegahan menjadi langkah kritis dalam menanggapi lonjakan kasus diabetes pada remaja. Usia remaja adalah usia yang tepat untuk menerapkan pencegahan tingkat dasar, yaitu mencegah timbulnya penyakit tidak menular sejak dini seperti diabetes mellitus. Keterlibatan aktif dari sektor kesehatan, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum dapat membentuk lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Penekanan pada pentingnya pola makan seimbang, olahraga teratur, dan pemantauan kesehatan secara rutin menjadi langkah awal untuk melawan laju peningkatan DM pada generasi muda. Pentingnya peran sektor kesehatan dan lembaga pendidikan tidak dapat dipandang sebelah mata. Program pencegahan yang terintegrasi di sekolah-sekolah dapat membantu meningkatkan kesadaran dan memberikan keterampilan hidup sehat kepada remaja. Edukasi dapat membantu meningkatkan pengetahuan terhadap konsep penyakit diabetes melitus. Selain itu, adanya dukungan dari keluarga dan komunitas sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Perbaikan kebiasaan makan anak sangat membutuhkan pengetahuan gizi dan strategi terutama oleh orang tua selaku pengasuh. Pengelolaan makan dari orang tua merupakan cara terbaik, berpotensi dalam merubah kebiasaan makan yang tidak sehat dan kelebihan berat badan pada anak yang berdampak pada kesehatan anak seperti risiko menderita DM saat dewasanya. Masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan perubahan positif dalam gaya hidup dan kebiasaan makan. Melalui edukasi, pemantauan kesehatan yang rutin, dan dukungan sosial yang kuat, kita dapat membentuk generasi muda yang lebih tahan terhadap risiko diabetes mellitus, menciptakan masa depan yang lebih sehat, bermakna, dan bebas dari beban diabetes mellitus di kalangan remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H