Lihat ke Halaman Asli

Kejayaan yang Hilang

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelaran Thomas dan Uber Cup 2012 telah usai. Event terbesar dalam olahraga bulutangkis di dunia ini menghasilkan juara Tuan Rumah China masing – masing di Thomas dan Uber. China melengkapkan dominasinya di ajang ini dengan menjuarai 5 kali Thomas Cup secara beruntun menyamai rekor Indonesia dalam kurun waktu (1994-2002). Jika, China berhasil membuat sejarah dengan menyamai rekor Indonesia menang beruntun, Indonesia juga berhasil mencetak ‘sejarah’, sayang, sejarah yang dicetak bukanlah sejarah yang indah, namun justru sejarah yang sangat memalukan untuk olahraga sekelas BULUTANGKIS, yang menjadi andalan kita dalam setiap event olahraga di pentas dunia.

Gambar 1. Pasangan Ganda China saat menyumbang poin untuk kemengan tim China di final Thomas 2012

Tak ada yang perlu disalahkan, karena jujur, pemain yang dikirim adalah pemain yang terbaik yang kita miliki saat ini. Hasil ini sejak jauh hari memang sudah diprediksi, mengingat dalam setiap kejuaraan perorangan baik super series dan grand prix gold, sector putra dan putri kita gagal menjadi yang terbaik. Lantas, jika sudah seperti ini, apa yang kita lakukan ???

Kekecewaan tentu ada, hampir diseluruh hati penggemar bulutangkis Indonesia. Para pemain telah berjuang, pelatih tentu telah memberikan program latihan yang baik, namun itu masih belum cukup untuk menggembalikan kejayaan bulutangkis kita di pentas dunia.

Para mantan atlit telah memberikan sikapnya kepada PB PBSI selaku ujung tanduknya olahraga ini. Kekecewaan terpancar dari sikap mereka, bahkan, sosok Rudy Hartono harus mengeluarkan pernyataan yang jarang sekali dilontarkan meskipun Indonesia gagal dalam kejuaraan di sektor perorangan.

Sebenarnya, hasil ini adalah hasil akumulasi dari serentetan ketidaktepatan sistim manajemen perbulutangkisan di negeri ini, semenjak era Hendrawan dan Taufik Hidayat habis, kemunduran olahraga ini semakin kentara terlihat. Belum lagi bagaimana Negara – Negara lain telah mampu menyiapkan program – program yang memajukan bulutangkis. Bagaimana Thailand serius menyiapkan tim putrinya, yang berhasil mengalahkan Indonesia dalam 3 pertemuan terakhirnya (Asian Games 2010, Sea Games 2011, dan Kualifikasi Uber Cup Zona Asia 2012). Bagaimana, India mempunya pemain putrid yang juga tidak kalah bagusnya (Saina Nehwal). Bahkan kita baru saja melihat bagaimana kekuatan Thomas Jepang dengan pemain mudanya yang mampu membuat Indonesia terjungkal 3-2 dalam perempat final Thomas Cup 2012. Ini membuktikan bahwa Negara lain telah berlari, sedangkan Indonesia masih terus berjalan. Jika, kita saja sulit mengalahkan ‘negara-negara’ baru dalam bulutangkis dunia, bagaimana kita bisa menembus ‘tembok besar’ CHINA yang mendominasi Bulutangkis dunia 1 dekade terakhir ini.

Sebagai penggemar bulutangkis Indonesia, saya merasa sangat kecewa, bingung siapa yang harus bertanggung jawab, pengurus kah ???, pelatih kah ???, atau pemain ???. Namun, sisi positifnya, jangan sampai kegagalan ini terus dibahas tanpa ada langka konkrit yang pasti. 2 tahun – 5 tahun kedepan PB PBSI harus mampu menyiapkan Sumber Daya untuk memajukan olahraga ini.

Kita tidak kekurangan atlit, terlihat dalam setiap kejuaraan nasional, jumlah peserta terus membludak bahkan menciptakan rekor MURI, eventnya pun berkala terus ada dari tinggak junior hingga veteran. Peminatnya dan penontonya masih terus banyak. Atlit dan mantan atlit kitapun masih siap untuk membantu memajukan kembali olahrag bulutangkis ini. Tinggal, kemauan saja dari induk organisasi bulutangkis negeri ini, PB PBSI.

Jangan sampai, kasus tetangga PSSI merembet ke PBSI, yang dihuni dan diurus oleh orang – orang yang tidak paham dan mengerti Bulutangkis, yang hanya memikirkan kepentingan – kepentingan politis. Pengurus harus mampu membuat pola yang kreatif dan inovatif untuk menggenjot, mencari, melatih, memfasilitasi, memanajeri, olahraga ini.

Pelatih, tidak hanya menjadi instruktur dalam hal teknik, namun juga harus mampu menjadi teman yang baik untuk pemain, menjadi sahabat, mampu mensupport mental dan semangat pemain, mengobarkan semangat juang pemain di lapangan, dan mampu berkoordinasi dengan baik dengan pengurus.

Pemain,harus cerdik, pintar, kreatif, harus mampu dan terus tanpa lelah untuk belajar, untuk berlatih, mengasah teknik, meningkatkan skill, meningkatkan stamina, fisik, kekuatan, dan terus berupaya untuk menjadi seorang Pemenang.

Mantan atlit, tidak hanya duduk dibarisan belakang menkritisi jika gagal, namun juga harus mampu turun tangan membenahi sama – sama perbulutangkisan negeri ini, memberikan contoh, motivasi, pembelajaran menjadi seorang juara.

Pemerintah, tidak hanya focus dalam sepakbola, tapi focus disemua cabang olahraga negeri ini. Jangan sampai menteri dan jajarannya sibuk ngurusi hal lain di olahraga, apalagi yang bersifat politis. DPR melalui komisi X juga harus mau mengajak PBSI, Atlit, Pelatih, mantan Atlit, pemerintah melakukan RDP di gedung DPR untuk membahas, memberikan solusi bagi bulutangkis negeri ini, bahkan jika harus mengeluarkan uang pembinaan.

Masyarakat, terus dukung dan support mereka, tidak hanya mengkritik saja. Berikanapresiasi dalam setiap pertandingan mereka.

Pihak swasta, tidak heran, siaran bulutangkis negeri ini sangatlah minim, ini tentu mempengaruhi gairah bulutangkis, bahkan siaran ini jauh sekali dibanding acara – acara yang tidak mendidik semacam sinteron yang alur ceritanya ‘ribut’ ngurusih harta gono gini.

Penyelesaian bulutangkis di Indonesia tidak bisa dilihat secara satu – persatu, namun harus secara holistic, keseluruhan. Semoga dan berharap, hal ini bisa dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia, pengurus, pelatih, pemain, dan pemerintah. Saya dan tentu masyarakat Indonesia telah rindu sekali untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis Indonesia. Jayalah INDONESIA!

Event Beregu Bulutangkis

Thomas Cup, Uber Cup, Sudirman Cup

Event Perorangan

BWF Event (Olimpiade, Kejuaraan Dunia), Super Series, Gold Grand Prix.

Sumber gambar : https://assets.kompas.com/data/photo/2012/05/28/1814388p.jpg http://img.ads.kompas.com/ads6/5cbeb7719a0ffc667aac93d5a9604fa3.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline