Sedari tadi aku termenung. Imajinasiku berlarian berkejar-kejaran dengan senja. Ini tak normal.
Seorang lelaki muda duduk di tepian telaga di ujung sana. Deretan makam berjejeran diantaranya. Tatapannya dingin bagai di kutub. Tak bergerak bagaikan batu.
Tiga hari yang lalu ia datang. Sejak itu ia diam disana mematung. Aku bertanya pada Tuhan, "Mengapa Engkau memanggilnya lebih dahulu ya Tuhan sementara ia tidak siap untuk pergi?"
Tuhan menjawabku, "Manusia hanya bisa berencana. AKU-lah yang menentukan"
Lelaki nahas itu masuk kedalam memori kehidupannya yang lalu. Ingatannya tertuju pada gadis yang hendak dipersuntingnya. Seyogyanya ia sudah bersatu memadu kasih dengan gadis pujaan hatinya. Tetapi Tuhan berkata lain.
Sekelompok virus merasuk dan menyerang tubuhnya. Pertahanannya tak kuasa melawan hingga jiwanya harus pergi. Tersungkur lah sang gadis. Terpukul lah ia melepas lelaki itu.