Beberapa bulan yang lalu saya memutuskan untuk beralih dari bahan bakar pertalite ke pertamax untuk mobil saya. Walaupun sesungguhnya secara kompresi, kendaraan itu masih bisa diisi dengan pertalite.
Jujur saja sebenarnya dulu dari kondisi barunya, mobil itu selalu diisi dengan pertamax. Namun ketika harga per liternya cukup jauh, saya menggantinya dengan pertalite.
Jadi saya pernah melakukan downgrade bahan bakar pada kendaraan saya. Belakangan saya ketahui bahwa downgrade bahan bakar ini sangat tidak disarankan karena bisa memicu munculnya kerak pada tangki yang berakibat pada perawatan jangka panjang.
Mengapa saya memutuskan beralih dari pertalite ke pertamax?
Pertama, pertamax memiliki kadar oktan yang lebih tinggi. Pertamax memiliki oktan 92 berbanding pertalite dengan oktan 90. Dengan oktan yang lebih tinggi maka lebih ramah lingkungan. Ini sejalan dengan program pemerintah untuk menekan polusi udara dengan menerapkan standar emisi Euro 4. Emisi standar ini membutuhkan bahan bakar dengan RON minimal 91.
Kedua, pertamax menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna. Performa mesin menjadi lebih bagus.
Ketiga, pertamax lebih bersih. Bahan bakar ini dapat membersihkan ruang bakar dari tumpukan deposit karena memiliki kandungan pembersih (cleansing). Dalam jangka panjang, ini akan berefek pada perawatan kendaraan.
Beralih dari pertalite ke pertamax sesungguhnya bukanlah keputusan yang sulit selama kita mengerti perbedaan kualitas antara keduanya. Memang secara rupiah, harga per liter pertalite lebih murah.
Di Jakarta pertalite dijual seharga 7.650 / liter berbanding 9.000 / liter pertamax. Selisih harganya cukup jauh. Apalagi konsumsi bahan bakar mobil lebih besar.
Bila selisih ini dikalikan maka dalam sebulan lumayan ngirit juga dikantong. Tetapi itu anggapan saya dulu. Aktualnya ternyata tidak demikian. Setidaknya begitulah yang saya rasakan.