Dukungan tak henti-hentinya mengalir dari para sahabat dan handai taulan. Beberapa kawan yang selama ini jarang berinteraksi pun ikut menyapa demi menyampaikan support moril. Banyak dari mereka yang mengatakan pada saya, "Inilah kesempatanmu untuk istirahat".
Ya, terhitung mulai dari hari Sabtu 10 Juli kemarin saya mulai menjalankan rangkaian isolasi mandiri (isoman) setelah berdasarkan hasil swab antigen dinyatakan positif covid-19.
Saya memang sudah merasakan gejala berupa meriang sejak Kamis (08/7). Esoknya saya berobat ke puskesmas. Mulai hari itu juga saya mulai merasakan tenggorokan saya gatal hingga muncul batuk-batuk.
Firasat mulai bertebak-tebakan dengan keyakinan. Inikah mungkin gejala covid-19? Karena beberapa rekan yang lebih dulu terpapar juga mengalami gejala yang kurang lebih sama. Mereka tidak selalu kehilangan indera penciuman dan pengecap (anosmia).
Karena hingga hari Sabtu (10/7) belum jua membaik, akhirnya saya putuskan untuk melakukan swab antigen di klinik. Hanya sebentar saja setelah kit menusuk hidung, saya segera dipanggil oleh perawat. Wah firasat jadi semakin kuat.
Dan benar saja, akhirnya perawat mengatakan pada saya, "Pak, hasilnya positif ya, isolasi mandiri selama 14 hari". Syukurlah istri dan buah hati kecil kami negatif.
Untungnya saya tidak kaget. Saya sudah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Memang kasus positif di daerah kami dari hari ke hari semakin menggila.
Sebelumnya sudah sering terdengar satu per satu kenalan terpapar. Diruangan tempat saya bekerja sendiri sebelumnya sudah ada 3 orang terpapar.
Saya sempat mengatakan pada atasan saya, "Kita ini seperti tinggal tunggu giliran saja. Covid-19 sudah sangat merajalela".
Di daerah kami, hari-hari ini sulit menemukan lingkungan (kampung/RT/RW) maupun perusahaan yang kasusnya masih virgin alias nol kasus. Setidaknya walaupun hanya satu atau dua pasti ada saja. Maka covid-19 sudah bukan lagi hal yang luar biasa. Sudah lumrah.
Pengalaman terhadap layanan kesehatan