Satu per satu figur publik terlibat dalam akuisisi klub sepakbola liga Indonesia. Mulai dari Kaesang Pangarep yang mengakuisisi Persis Solo, Raffi Ahmad membeli RANS Cilegon FC, hingga Gading Marten yang mengakuisisi klub kebanggaan kota Tangerang, Persikota. Berita ini tentu saja menarik perhatian masyarakat. Media nasional ramai-ramai memberitakan beralihnya beberapa klub tersebut ke tangan figur publik.
Kita tentu sudah akrab dengan kabar-kabar miring yang sering menimpa persepakbolaan tanah air. Mulai dari skandal pengaturan skor, tawuran antar suporter, hingga gaji yang telat dibayarkan. Kabar miris itu sering menghiasi tajuk utama pemberitaan persepakbolaan nasional.
Klub-klub Indonesia memang sampai kini masih kesulitan dalam mencari dana segar guna mengarungi perhelatan kompetisi liga. Hanya beberapa klub saja yang memiliki keuangan yang sehat seperti Bali United, Persib Bandung, Persija Jakarta dan Arema Malang. Selain itu masih kerap terdengar melalui pemberitaan media dimana klub kesulitan keuangan.
Mencari sponsor memang bukanlah hal yang mudah. Salah satu pemasukan terbesar klub masih didapat dari hasil penjualan tiket penonton. Mungkin faktor inilah yang menyebabkan kompetisi liga terhenti selama pandemi lantaran tidak diperbolehkannya pertandingan dengan penonton.
Sponsor tentu saja terkait dengan sisi komersial. Tidak hanya menguntungkan bagi klub, tetapi juga harus menguntungkan juga bagi pihak pemberi sponsor. Masalahnya berinvestasi di sepakbola Indonesia dianggap belum begitu menguntungkan.
Tidak seperti diluar negeri, klub itu seperti gula-gula yang menarik semut untuk datang. Merk-merk ternama merapat dengan begitu mudah. Di Jersey, anda hanya akan melihat satu atau dua sponsor utama.
Tentu saja sponsor ini memberikan dana segar terbesar. Sponsor-sponsor lainnya hanya dapat kita lihat di panggung interview maupun di papan pinggir lapangan.
Di Indonesia? Jersey penuh dengan sponsor. Sekilas banyak sponsor merapat ya. Tapi mengapa klub masih kesulitan keuangan? Ya karena walaupun banyak namun tidak banyak dana yang digelontorkan. Sekali lagi, investasi di sepakbola tanah air belum menarik.
Kita berharap bergabungnya para publik figur bisa meningkatkan profesionalisme klub, dari sisi apa?
1. Mendatangkan sponsor dengan nama besar yang dimiliki