Lihat ke Halaman Asli

Meirri Alfianto

TERVERIFIKASI

Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Pesan Makanan Daring, Tidak Melulu Rating

Diperbarui: 24 Februari 2021   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pesan makan secara daring. Sumber gambar: lifestyle.okezone.com

Suatu kali saya bersama dengan istri dan anak pergi berlibur ke Lembang, Bandung. Kami menginap di salah satu hotel yang berada disana. Kami sebenarnya agak kecewa setelah sampai di hotel tersebut. Kekecewaan kami timbul lantaran akses masuk ke hotel tersebut sangat buruk. Jalannya rusak parah. Masuknya dari jalan raya masih cukup jauh. Sudah begitu karena lokasinya berada di atas (dataran tinggi) sehingga kami harus menghadapi jalan rusak tersebut dalam kondisi menanjak yang cukup curam. Dengan kondisi seperti itu, bisa dimengerti bila tidak ada restoran maupun rumah makan didekat hotel tersebut. Adanya hanya warung kelontong milik warga yang bermukim di area setempat.

Lho, berarti salah pesan hotel dong? Maklum, kami memesan hotel tersebut melalui aplikasi online. Kami hanya melihat foto-foto hotelnya saja lewat aplikasi tanpa kami tahu kondisi sekitar hotel. Kalau kondisi hotelnya sendiri sih sebenarnya bagus. Fasilitas cukup oke. Panorama alam yang disajikan pun cantik lantaran berada di dataran tinggi. Kita bisa melihat kota Bandung dari ketinggian. Namun karena kondisi jalan yang buruk dan cuaca hujan, niat kami untuk menikmati suasana malam di kota Bandung harus pupus. Bagaimana mau jalan-jalan, sekedar cari kuliner saja repot. Pesan makanan di hotel harganya kurang ramah di kantong. Akhirnya kami membuka aplikasi pesan makan online. Awalnya sih kami kurang yakin ada yang menjual makanan di sekitar hotel mengingat lokasinya. Tetapi setelah buka aplikasi, ternyata banyak. Jaraknya pun dekat bila dilihat dari kilometer yang tertera. Maka dugaan kami, mereka yang menjajakan makanan secara online ini merupakan penduduk sekitar yang memang membuka usaha kuliner sederhana. Mereka yang tidak melayani makan di tempat. Hanya melayani pembelian untuk dibawa pulang (take away). Anda pasti sudah tahu bahwa saat ini sudah lumrah pelapak kuliner online yang demikian. Foto makanan yang ditampilkan lewat aplikasi online amat menarik. Banyak pilihan pula. Tapi................................ ratingnya kecil

Walaupun angka ratingnya kecil, kami tetap memutuskan untuk membeli makanan lewat aplikasi online. Saat itu kami membeli menu rice bowl yang berisi daging, telur, dan sayuran. Cukup komplit. Harganya pun murah. Hanya 20 ribu rupiah per porsi. Kami membeli 3 porsi untuk saya, istri, dan anak. Saat kami mulai mencicip suapan pertama, alamak rasanya nendang banget! Sungguh nikmat sekali rasanya. Kamipun makan kenyang dengan hati riang. Itu adalah rice bowl terenak dengan harga termurah yang pernah saya makan. Asli saya tidak berlebihan. Kalau saya bicara seperti ini, istri saya pasti mengamini. Kuliner Bandung memang dahsyat.

Dari pengalaman diatas, saya mengambil kesimpulan bahwa dalam kita memasan makanan secara online itu tidak melulu masalah rating. Bagaimana supaya kita tahu bahwa makanan yang akan kita pesan tidak mengecewakan walaupun hanya dengan rating kecil? Jujur, saya pun tidak tahu rumus pastinya. Tapi pengalaman keluarga kami sungguh membuktikan bahwa rating bukanlah segalanya. Mungkin tips singkatnya begini: Anda harus mengenal karakteristik wilayah yang anda kunjungi. Seperti misalnya kalau anda pernah berkunjung ke suatu kota, bagaimana kesan anda terhadap obyek wisata yang ada disana apakah menarik atau tidak, bagaimana karakteristik harga-harga disana apakah murah atau mahal, lalu bagaimana kulinernya. Beberapa daerah memang terkenal dengan kulinernya termasuk salah satunya Bandung. Kota ini terkenal dengan makanannya yang enak dan murah. Pun demikian dengan wisatanya. Menarik dan murah. Selain Bandung, dalam pengalaman traveling saya dan istri, ada kota Malang. Disana kulinernya enak dan murah. Sama seperti Bandung, Malang memiliki beragam wisata yang menarik serta murah. Nah, di kota-kota yang terkenal dengan kulinernya, anda takperlu pusing-pusing mencari makanan yang enak di lidah.

Dalam teori pemasaran produk, memang rating itu biasanya berpengaruh pada kualitas produk yang dijual. Semakin tinggi rating, semakin bagus pula kualitas barang. Rating ini sedikit banyak memengaruhi keputusan pembeli untuk memesan barang. Dalam konteks berbelanja di toko online, sayapun demikian. Alasannya karena rating tinggi membuat saya cenderung merasa aman ketika akan memesan barang. Tetapi agaknya teori ini kurang relevan bila diterapkan dalam membeli makanan online. Setidaknya pengalaman saya diatas telah membuktikannya. Setidaknya ada tiga alasan mengapa lapak penjual kuliner memiliki rating yang kecil walaupun kualitas makanannya enak.

1. Penjual tersebut merupakan pelapak baru

Pelapak baru tentu saja belum memiliki banyak pembeli.

2. Lokasinya kurang strategis

Lokasi jelas berpengaruh dalam penjualan. Orang bisa saja kurang tertarik membeli karena ongkos kirimnya mahal.

3. Penjual tak pandai berpromosi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline