Rasanya masif terdengar ditelinga kita melalui berita-berita di televisi maupun surat kabar tentang kemacetan yang terjadi setiap saat hari raya Idul Fitri maupun Natal.
Orang-orang berbondong-bondong meninggalkan ibukota hingga menyebabkan kepadatan lalu lintas. Tidak hanya pada saat hari raya saja, anda tahu bahwa setiap weekend ataupun menjelang libur nasional pun fenomena tersebut pasti terjadi. Anda pasti sudah bisa menebak alasannya.
Ya, karena orang-orang jamak menggunakan mobil pribadi. Memang faktanya dari tahun ke tahun terjadi peningkatan volume penggunaan kendaraan pribadi.
Artinya makin banyak orang yang memiliki mobil. Makin banyak pula mobil yang turun ke jalan. Apalagi pembelian mobil semakin diberikan kelonggaran oleh birokrasi pemerintah.
Mulai dari pajak PPnBM 0 persen hingga DP 0 persen pula. Hmmm... Walaupun sementara, pastinya ini akan meningkatkan daya beli masyarakat. Bisa saja orang dibuat ngiler dengan penawaran anti ribet serta diskon yang ajib.
Tapi oke, tak perlu mukadimah yang terlalu panjang. Saya memang ingin membahas tentang transportasi bus umum. Utamanya bus-bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi).
Dulu bus ini merupakan langganan yang selalu mengantarkan saya PP (pulang pergi) dari perantauan ke kampung halaman.
Oh iya, sedikit berkenalan. Saya adalah seorang pemuda tampan yang berasal dari Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Bagi yang belum tahu Karanganyar, kabupaten ini terletak di sebelah timur kota Solo. Maklum, Karanganyar belum terlalu akrab ditelinga kebanyakan orang.
Jadi saya harus sedikit menjelaskan. Tahun 2010 saya mulai berpetualang ke Kota Tangerang guna merantau mencari penghidupan. Sejak itulah saya akrab dengan bus AKAP. Kenapa tidak kereta api? Ya karena kereta api itu hanya sampai di Jakarta saja. Untuk sampai ke Tangerang masih sekitar 40 kilometer lagi.
Itu juga kalau naik transportasi umum tidak bisa sekali jalan. Harus oper. Beda halnya dengan bus.