Tahun 2014 saya pernah bekerja di kota Batam, Kepulauan Riau. Setahun lamanya saya bekerja disana. Saya menempati kos sederhana di kawasan Legenda, Batam Center.
Kos ini berada disebuah rumah seorang keluarga yang baik. Kamipun sudah seperti keluarga sendiri saking akrabnya. Didepan rumah kos tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak.
Pasangan ayah dan ibu tersebut merupakan pedagang pakaian bekas impor. Kok impor? Ya, di Batam banyak sekali pakaian bekas impor yang berasal dari Singapura. Ini lantaran posisi Batam yang begitu dekat dengan negara tetangga, Singapura. Hanya satu jam lamanya ditempuh dengan kapal cepat (ferry) Batam - Singapura.
Biasanya keluarga tersebut ke Singapura dua kali seminggu untuk urusan bisnisnya. Lalu pakaian bekas tersebut dikirim melalui pelabuhan harbour bay di kawasan Batu Ampar.
Pakaian-pakaian bekas datang dalam karung besar atau bal. Mereka lalu menjualnya di pasar Legenda. Mereka memiliki kios disana. Namun tentu saja dari Singapura karung-karung yang berisi pakaian bekas tersebut dibawa terlebih dahulu ke rumah mereka. Mereka akan memilih dan memilah pakaian-pakaian yang masih layak untuk dijual.
Jika masih bagus, pakaian tersebut bisa langsung masuk mesin cuci lalu disetrika. Namun jika masih banyak noda membekas, akan dibersihkan dahulu dengan bantuan asam sitrat.
Kami dan para tetangga lainnya biasa "berburu" duluan untuk memilih pakaian-pakaian yang masih bagus dan layak pakai. Pakaian-pakaian itupun tidak sembarangan. Banyak diantaranya merupakan barang branded. Berapa harganya? Pakaian yang barunya bisa berharga jutaan rupiah itu dijual mulai dari 20.000-50.000 rupiah saja. Fantastis bukan? Soal model dan gaya masih beranilah diadu.
Batam memang diuntungkan dengan posisinya yang sangat strategis sebagai titik terdekat Singapura. Maka tak heran banyak sekali barang-barang second dari Singapura dijual ke Batam. Termasuk kendaraan (mobil). Jika anda berkunjung ke kota Batam, ada sebuah pasar yang terkenal menjual barang-barang second.
Pasar tersebut bernama Pasar Aviari di daerah Batu Aji. Saya tidak tahu apakah kondisinya sekarang tetap ramai seperti dulu karena saya dengar barang-barang impor mulai dibatasi sejak tahun 2019. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan peraturan menteri terkait larangan impor pakaian bekas.
Alasannya terkait safety dan kesehatan. Padahal kalau dipikir-pikir apa bedanya pakaian bekas impor dan lokal. Seandainya terkait dengan safety dan kesehatan seharusnya yang lokal pun juga dilarang.