Lihat ke Halaman Asli

Meirri Alfianto

TERVERIFIKASI

Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Mengapa Pengalaman Seringkali Menjadi Syarat Penting dalam Rekrutmen Kerja?

Diperbarui: 8 November 2020   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Curiculum Vitae | Gambar oleh Tumisu dari Pixabay

Diutamakan memiliki pengalaman kerja dibidang...

Dalam sebuah rekrutmen kerja seringkali kita jumpai perusahaan pencari kerja mencantumkan "pengalaman" sebagai salah satu syarat untuk rekrutmen. Bahasanya ada yang mewajibkan, ada pula yang pengalaman tersebut berfungsi sebagai nilai tambah. 

Pengalaman ini tidak hanya pada saat seleksi pegawai saja. Bahkan pada saat negoisasi gaji pengalaman itu juga dijadikan sebagai nilai "jual" bagi pelamar. Semakin banyak pengalaman, semakin tinggi daya tawarnya, gajinya semakin besar.

Lalu bagaimana dengan fresh graduate? Apakah seorang fresh graduate tidak memiliki peluang untuk diterima kerja? Jawabannya tidak selalu. Setidaknya ada 3 (tiga) alasan perusahaan merekrut fresh graduate.

Pertama, ada formasi-formasi tertentu dalam organisasi yang tidak harus membutuhkan pegawai yang berpengalaman. Posisi tersebut dipandang tidak membutuhkan keahlian khusus. Atau membutuhkan keahlian minimum yang bisa dicapai dengan mengikuti training pada saat awal masuk kerja.

Kedua, efisiensi biaya. Merekrut fresh graduate dengan pegawai berpengalaman tentu akan berbeda masalah salary-nya. Pegawai pengalaman gajinya lebih tinggi dibanding fresh graduate.

Ketiga, merekrut pegawai yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pemimpin dimasa depan. Pegawai yang direkrut merupakan SDM yang unggul. Banyak yang mengisitilahkan sebagai MT (management trainee). Biasanya perusahaan akan merekrut MT dari universitas-universitas ternama.

Sekarang kita akan kembali pada pertanyaan diawal, mengapa pengalaman dipandang penting dalam sebuah seleksi kerja? Mari kita lihat alasannya

1. Perusahaan takperlu memberikan training lagi.
Training selain menghabiskan waktu juga membutuhkan biaya. Dengan tidak adanya pelatihan, maka ini juga sebagai bentuk efisiensi biaya dan waktu.

2. Siap pakai.
Karyawan yang berpengalaman memiliki jam terbang. Seringkali kebutuhan pengisian formasi karyawan itu sifatnya mendesak (urgent). Merekrut karyawan yang belum berpengalaman berarti harus melatih lagi secara intens. Ini tentu membutuhkan waktu. Maka untuk mensiasatinya dengan merekrut karyawan yang berpengalaman. 

Misalnya dalam suatu proyek pembangunan gedung dibutuhkan teknik sipil dalam perencanaan pembangunan gedung. Dalam waktu singkat, gedung sudah harus jadi karena akan diresmikan presiden. Dengan kondisi seperti itu maka karyawan yang direkrut harus yang berpengalaman. Merekrut fresh graduate resikonya deadline tidak terpenuhi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline