Lihat ke Halaman Asli

Meirri Alfianto

TERVERIFIKASI

Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Setahun Jokowi-Ma'ruf dan Harapan Membaiknya Iklim Bisnis Dimasa Pandemi

Diperbarui: 25 Oktober 2020   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setahun Jokowi-Ma'ruf. Gambar: Tribunnews.com

Tak terasa setahun sudah pasangan Presiden dan Wakil Presiden Bapak Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dilantik. 20 Oktober menandai peringatan pelantikan duo pemimpin negeri. Ada prestasi, ada kontroversi. Dua hal yang selalu berjalan beriringan. Terlepas dari keduanya, memang beban keduanya memimpin ditahun pertama ini begitu berat. Hal ini disebabkan oleh pandemi covid-19 yang melanda negeri. Tidak hanya kita, semua negara diseluruh duniapun merasakannya. Anda boleh saja tidak setuju dengan saya. Wajar, kita masyarakat berdemokrasi. Anda mungkin berkata penyebab utamanya bukan karena covid-19. Namun saya tidak akan beretorika terlalu jauh disisi politik layaknya seorang politikus. Saya hanya akan mengangkat apa yang ada didepan mata saya. Berdasarkan sudut pandang ekonomi bisnis dilapangan. Dari kacamata industri manufaktur yang merupakan tempat saya berkecimpung.

Data covid-19

Hingga Jumat (23/10), data menunjukkan kenaikan jumlah kasus positif harian masih diangka lebih dari 4.000 kasus. Terakhir pada hari kemarin tercatat ada penambahan 4.369 kasus sehingga total kasus mencapai 381.910. Ini merupakan jumlah tertinggi di Asia tenggara. Total kesembuhan 305.100 atau hampir mencapai 80 persen. Dan total korban meninggal dunia mencapai 13.077 orang. Dalam presentase, artinya tingkat kematian akibat covid-19 berada diangka 3,4%. Sedangkan data dunia menunjukkan bahwa 41,9 juta orang diseluruh dunia telah terinfeksi virus covid-19 dengan 31,1 juta diantaranya sembuh. Sementara virus ini sendiri telah menewaskan 1,1 juta orang. Sungguh sebuah tragedi kemanusiaan.

Perjalanan dan perkembangan terkini bisnis manufaktur selama pandemi

Telah berulang kali disebutkan bahwa pandemi memukul telak berbagai sendi ekonomi. Sejak diumumkan pertama kali diumumkan kasus positif pada 2 Maret 2020, berbagai sektor berangsur menurun. Pariwisata, transportasi, perhotelan, dan tak terkecuali industri manufaktur. Mungkin hanya industri pangan yang masih berjalan normal. Inilah perjalanan serta perkembangan terkini bisnis manufaktur diperusahaan selama pandemi.

Pada bulan Maret hingga Mei efek pandemi belum begitu dirasakan. Load produksi masih terhitung ramai. Pengiriman barang masih boleh dikatakan lancar. Mulai terasa menurun memasuki bulan Juni. Pelanggan terbesar kami memutuskan menyetop order untuk sementara waktu. Proyek-proyeknya dibatalkan. Praktis orderan turun drastis. Kondisi ini memaksa perusahaan harus memangkas jumlah karyawan. Seluruh karyawan yang berstatus PKWT (kontrak) terpaksa tidak diteruskan kontraknya. Bahasa sederhananya, karyawan kontrak dihabiskan. Itu sekitar 100 orang mungkin. Ternyata ini juga dirasa masih kurang membantu. Neraca keuangan perusahaan masih megap-megap. Akhirnya dikeluarkan lagi kebijakan pengurangan karyawan. Kali ini menyasar karyawan berstatus tetap (PKWTT). Sekitar 150 orang karyawan tetap terpaksa meninggalkan perusahaan. Jadi total sudah sekitar 250 orang yang di-PHK. Ini sekitar 40% dari jumlah keseluruhan karyawan. Kondisi ini tidak hanya kami yang mengalami. Banyak perusahaan dilokasi setempat yang juga melakukan PHK. Penganggaran terbuka bertambah dalam waktu singkat. Maka benar saja jika dimedia massa berseliweran berita PHK dengan angka yang fantastis. Itu bukan hoaks. Itu nyata apa adanya. Ditempat kami, pengurangan karyawan dilakukan secara berkala dari bulan Juni hingga Juli.

Kebijakan pengurangan karyawan ternyata dirasa belum mencukupi juga. Istilahnya masih kurang "nendang". Antara pengeluaran dan pemasukan belum juga seimbang. Perusahaan sebenarnya sudah tak lagi mengejar profit. Yang penting balance (seimbang), tidak tekor. Setelah bertahan cukup lama tanpa pemotongan gaji (5 bulan dari Maret-Juli), akhirnya perusahaan terpaksa harus memotong gaji karyawan dibulan Agustus. Sekedar info saja, pada bulan-bulan April-Mei itu sudah banyak perusahaan terdekat yang mulai memotong gaji karyawan. Banyak yang dirumahkan. Sistemnya seminggu masuk, seminggu libur. Atau masuk hari Senin-Kamis lalu libur 3 hari. Variatif, intinya gaji dipotong. Ini sama sekali tidak berpengaruh pada proses produksi karena memang kegiatan produksi sudah sangat berkurang. Pada bulan Agustus lalu, gaji karyawan dipotong 20 persen untuk level operator. Mereka bekerja dengan sistem seminggu masuk seminggu libur. Dua bulan terakhir (September-Oktober), kembali diberlakukan pemotongan gaji sebesar 10 persen. Kali ini menyasar seluruh karyawan dari operator sampai ke top manajemen.

Kebijakan pemangkasan karyawan dan pemotongan gaji ternyata belum juga membantu. Masih banyak berbagai kebijakan efisiensi yang diambil, yakni

1. Sistem shift dihilangkan.

Karena sistem kerja di-rolling, otomatis shift juga dihilangkan. Yang biasanya 2 shift menjadi tanpa shift. Ini sangat lumayan untuk menghindari beban puncak tarif listrik disore hingga malam hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline