Anda berada dalam sebuah WhatsApp grup (WAG), menyimak dengan seksama, bercengkerama, kemudian saling menanggapi pesan. Tetapi kemudian datanglah sebuah peristiwa, tak ada angin dan tak ada hujan tiba-tiba salah satu anggota grup menghapus pesan yang sempat dikirim.
Bagaimana respon anda? Kesal / kaget / penasaran atau biasa saja seperti tidak pernah terjadi sesuatu? Pasti ada yang menjawab, "biasa aja bro!" Sayangnya cuma sedikit. Yang lebih mendominasi pastilah kaum penasaran. Di bawahnya lalu ada yang menanggapi pakai emoticon, "kok dihapus sih, aku kan belum baca (emot nangis)."
Benar begitu bukan? Tak perlu malu karena berarti anda adalah netizen +62 yang normal. Iya normal, seperti penulis artikel yang sedang anda baca ini: kepo alias pengin tahu.
Kira-kira kenapa ya pesannya dihapus? Banyak alasan yang mungkin menyertai. Bisa jadi karena salah kirim, sudah dikirim tapi takut hoaks, dikasih peringatan admin grup, salah ketik karena jempol kegedean, atau karena takut ketahuan selingkuh. hmmm...
Baik, itu WAG. Lain ladang lain belalang, lain WAG lain pula dengan Kompasiana. Itu sih pantun ngawur. Yang benar sama halnya WAG, begitu pula dengan Kompasiana.
Pernahkah anda menjumpai artikel yang dihapus? Atau malah anda sendiri pernah menghapus artikel anda? Saya pernah. Ini alasan saya menghapus artikel: Tidak sengaja kepencet tombol "tayang". Benar-benar tidak sengaja. Tiba-tiba tombol "tayang" berubah jadi tulisan "berhasil ditayangkan". Asli gelagapan saya.
Masalahnya saat itu saya sedang menulis artikel lewat handphone dan belum selesai. Entah mengapa gawai dalam genggaman tiba-tiba error sedangkan jempol kelihatannya memang kegedean.
Hari itu saya sedang menulis artikel yang saya berikan judul "Mengenal Tangerang Raya, Tetangga Jakarta". Boro-boro menyunting, menulis artikelnya saja belum selesai. Sungai Cisadane belum masuk, Kota Tangerang masih carut-marut, Tangerang Selatan juga masih banyak lumut. Macet dan banjirnya belum masuk di dalam artikel. Intinya masih belum lengkap dan belum rapi. Gelagapan bin panik karena itu pertama kalinya saya menciptakan kekonyolan selama sekolah di Kompasiana.
Saya langsung berlari menuju laman artikel Terbaru tanpa sempat menoleh kanan dan kiri. Mungkin Mimin K sempat bingung ini artikel sampah macam apa?? Maka sebelum dibaca mimin K lebih jauh dan ketahuan para pemirsa, saya cepat-cepat pencet tombol "Hapus". Dan, artikel tersebut hilang dari peredaran 5 menit kemudian.
Nah, itu pengalaman saya. Kalau anda bagaimana? Karena beberapa kali saya menemukan sebuah artikel yang hilang dari laman K dengan embel-embel keterangan "Artikel ini telah dihapus" dengan latar belakang warna hijau. Hal ini membuat saya tertarik untuk mengulik alasan (baca: kepo) mengapa sebuah artikel dihapus dari peredaran publik. Oke, mari kita kupas kawan...