Lihat ke Halaman Asli

Meirri Alfianto

TERVERIFIKASI

Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Mas Gibran Kenapa Berubah Pikiran?

Diperbarui: 22 Juli 2020   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

boombastis.com


Saya sebenarnya kurang tertarik menulis mengenai politik. Tetapi topik ini rasanya membuat saya gatal ingin ikut beropini sebagai orang yang lahir dan besar di Solo. 

Dulu saat Pak Jokowi mengikuti pilkada kota Solo pertama kali, kira-kira saya masih kelas 2 SMA. Itu terjadi pada tahun 2005. Kala itu saya ingat betul beliau sama sekali tidak dijagokan. Saya juga awam dan belum pernah mendengar tentang namanya walaupun spanduknya bertebaran di pinggir jalan kota Solo. 

Saya lebih menjagokan Slamet Suryanto yang saat itu merupakan incumbent. Namun tak disangka-sangka ternyata hasilnya sungguh diluar dugaan. Pak Jokowi menang dengan keterpilihan 36 persen. Unggul dari pesaing terdekatnya yakni Ahmad Purnomo yang merupakan Wakil Walikota Solo saat ini sekaligus mantan saingan Gibran untuk mendapatkan rekomendasi calon walikota Solo pilihan PDIP. Tetapi ternyata pilihan rakyat benar. Jokowi tidak pernah mengecewakan. Ia berhasil melakukan perubahan yang signifikan terhadap birokrasi dan pembangunan di Kota Solo. 

Wajah kota kecil itu sedikit demi sedikit berubah melalui penataan kota yang baik. Maka sejak itulah saya menjadi pengagum Pak Jokowi. Beliau dicitrakan sebagai pribadi yang sederhana dan bersahaja yang dekat dengan rakyat kecil. Tidak berlebihan karena saya sendiri sering menyaksikan kebersahajaannya sebelum ia banyak diliput media dan menjadi terkenal.

Saya sering melihatnya berjalan sendirian tanpa pengawalan guna memonitor kondisi kota Solo dan memastikan program-programnya efektif. Saya pun mulai mengenal profil keluarga Jokowi dari Pak Handoko Johanes, dosen bahasa Inggris saya semasa kuliah. Ia sekaligus adalah guru bahasa Inggris keluarga Jokowi. Logat Bahasa Inggrisnya sama persis seperti logat Pak Jokowi sekarang. Maka ketika Pak Jokowi berbicara dalam Bahasa Inggris saya selalu teringat dengan Pak Handoko. 

Beliau sering bercerita tentang keluarga Jokowi. Sampai sekarang ia juga menjadi pengajar di Chili Parri English program. Sebuah lembaga kursus dan pelatihan yang didirikan oleh Gibran untuk memberikan kursus bahasa Inggris gratis bagi para siswa sejak tahun 2012 lalu.

Gibran Rakabuming Raka, saat itu masih duduk dibangku kelas III SMA pada saat ayahnya terpilih menjadi Walikota Solo. Saya tidak pernah mengenalnya karena walaupun ia anak Walikota Solo, ia tidak sekolah di Solo.

Ia menuntaskan SMA hingga kuliah di Singapura. Saya hanya mendengar kiprahnya dari media. Ia lalu tumbuh menjadi pengusaha sukses yang memiliki bisnis catering dan kuliner. Chili Parri, usaha cateringnya adalah salah satu catering yang terkenal di Solo. Begitu pun martabak markobar. Ia mewarisi darah pengusaha dari ayahnya. 

Dalam berbagai kesempatan, saya juga mengagumi anak-anak Jokowi karena walaupun ayahnya menjadi pejabat, anaknya bisa sukses mandiri tanpa bantuan orang tuanya. Pak Jokowi selalu mengatakan bahwa anak-anaknya tidak tertarik dengan dunia politik. Mereka lebih tertarik berjualan. 

Gibran, putra pertama Jokowi bahkan pernah mengatakan kepada khalayak bahwa ia tidak tertarik dengan dunia politik. Tetapi ternyata Gibran hanyalah manusia biasa yang bisa berubah pendiriannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline