Lihat ke Halaman Asli

Alfian Syarif Hidayatullah

Dibuat hanya untuk memenuhi tugas kuliah jurnalistik

Dinamika Pembelajaran pada Masa Pandemi di SD Negeri Nglanggeran

Diperbarui: 23 April 2021   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerbang SD Nglanggeran

Tak terasa genap setahun sudah pandemi COVID-19 menjajah kehidupan masyarakat di muka bumi. Berbagai kegiatan keseharian manusia dipaksa berubah menyertai keadaan yang tidak terkendali. Semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosial dibatasi untuk mencegah persebaran virus mematikan ini. Pemerintah bergerak cepat dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Penerapan kebijakan ini tentu berdampak bagi seluruh kegiatan masyarakat di segala bidang, baik pekerjaan, hiburan hingga pendidikan. Semua pekerjaan dilakukan dari rumah dengan sistem daring. Pendidikan yang biasanya diterapkan secara langsung dengan tatap muka harus dirubah menggunakan sistem belajar dari rumah dengan media online.

Menurut saya pendidikan merupakan salah satu kegiatan terdampak COVID-19 yang paling vital, karena siswa siswi yang sedang menempuh pendidikan merupakan harapan untuk calon penerus bangsa. Hambatan dalam menuntut ilmu tentunya sangat tidak kita harapkan, karena dikhawatirkan akan berpengaruh pada masa depan mereka dan berdampak luas pada masa depan bangsa.

Mungkin pembelajaran online tidak menjadi masalah berarti di perkotaan, namun bagaimana dengan kondisi pembelajaran online di pegunungan yang terletak jauh dari kota dengan kondisi  geografis yang tidak rata. Maka saya mengunjungi salah satu sekolah dasar yang terletak cukup jauh dari kota yaitu SD Negeri Nglanggeran.  Sekolah ini terletak sekitar 30 kilometer perjalanan darat dari pusat kota Jogja, tepatnya di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

Halaman SD Nglanggeran terlihat lengang (dokpri)

Saya pun menelusuri lebih lanjut mengenai dampak pembelajaran online di sekolah tersebut. Setelah satu jam perjalanan menggunakan sepeda motor saya akhirnya sampai di depan gerbang masuk SD Negeri Nglanggeran disambut dengan latar belakang Gunung Api Purba Nglanggeran yang berdiri gagah di tengah teriknya Mentari. Saya bergegas menuju kantor dan menemui seorang guru yang akan menjadi narasumber saya. Beliau Ibu Siti Rokhimah, seorang guru senior yang sudah 23 tahun mengajar di SD Negeri Nglanggeran.

Ibu Siti menuturkan bahwa dampak pandemi menyebabkan anak-anak harus belajar dari rumah menggunakan sarana smartphone dan laptop. Model pembelajaran berupa belajar online dengan guru berada di sekolah sementara murid berada di rumah. Hal ini dikarenakan kebijakan dari pemerintah kabupaten Gunungkidul yang mewajibkan pegawai negeri bekerja dengan sistem hybrid, dengan 50% Work From Home dan 50% Work From Office menyesuaikan kondisi perkembangan persebaran Covid di daerah setempat. Pembagian materi biasanya menggunakan aplikasi WatsApp dikarenakan apabila menggunakan aplikasi Zoom sinyal yang ada tidak memadai, belum lagi konsumsi kuota yang cenderung lebih mahal dan boros.

wawancara bersama Ibu Siti Rokhimah (dokpri)

Pembelajaran dengan metode online ini ternyata mengalami kesulitan terutama pada penyampaian materi yang menurut Ibu Siti kurang maksimal dikarenakan anak-anak hanya membaca perintah tugas dari guru sehingga tidak dapat menyerap materi pelajaran dengan sempurna. Pembelajaran karakter yang harusnya ditanamkan melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik seperti bersosial yang baik antar teman dan penanaman adab berperilaku kepada guru tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Selain itu, tidak semua siswa memiliki sarana prasarana yang mendukung, “Tidak semua anak memiliki HP dengan kualitas yang bagus.” Ujar Ibu Siti saat ditemui di kantornya, Kamis (22/4/21). Masalah berikutnya yaitu keterbatasan sinyal, karena banyak murid SD Negeri Nglanggeran tinggal di daerah yang berada diluar jangkauan sinyal sehingga kesulitan mendapatkan jaringan internet, yang membuat mereka kesulitan menangkap materi yang disampaikan oleh guru.

Ibu Siti juga menyampaikan bahwa banyak sekali keluhan yang datang dari wali murid yang mendampingi langsung anaknya belajar dirumah. Banyak wali murid yang mengaku tidak bisa menemani anaknya belajar dirumah karena mereka harus bekerja untuk menopang kehidupan keluarganya, disamping pengeluaran wali murid yang membengkak untuk pembelian kuota. Ibu Siti menuturkan bahwa memang sudah ada bantuan kuota dari pemerintah, namun sepertinya bantuan itu tidak bisa menyasar dan meringankan seratus persen beban kuota yang harus dibebankan kepada anak-anak.

Dari banyaknya masalah yang timbul selama setahun proses belajar mengajar secara online, kini Ibu Siti dan guru-guru di SD Negeri Nglanggeran telah mencari solusi dimana tiap seminggu dua kali murid masuk secara bergantian dengan durasi maksimal 1 jam, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan ini dilakukan mengingat hingga tulisan ini terbit Desa Nglanggeran merupakan zona hijau. Kendati demikian kegiatan ini tentunya tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, selalu mencuci tangan, dan menjaga jarak. Solusi ini diharapkan membuat pemahaman anak terhadap materi pelajaran yang bersifat sulit seperti matematika menjadi lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline