Asupan gizi seimbang saat ini hanya menjadi teori belaka. Nyatanya penerapan aturan asupan gizi seimbang yang disebut 'Tumpeng Gizi Seimbang' ini tak banyak diketahui masyarakat, terutama di kalangan mahasiswa.
Berapa banyak masyarakat Indonesia mengetahui istilah 'Pedoman Gizi Seimbang'? Pedoman asupan gizi seimbang yang semula disebut '4 Sehat 5 Sempurna' telah beralih dengan istilah baru sejak tahun 2009 silam.
Memperhatikan adanya perkembangan pengetahuan dan masalah gizi yang berlangsung di Indonesia, istilah '4 Sehat 5 Sempurna' kini digantikan dengan 'Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)'. Dalam aturan yang berlaku, TGS tak hanya berisi jenis makanan yang perlu dikonsumsi, namun juga jumlah takaran porsi serta pola perilaku yang perlu dilakukan.
Penerapan TGS biasa lebih sering digaungkan bagi anak usia sekolah dan orang tua. Melalui posyandu, kesadaran penerapan gizi seimbang terus diupayakan untuk mencegah berbagai penyakit pada usia kanak-kanak.
Menurut Global Nutrition Report di tahun 2018, Indonesia memiliki 3 permasalahan gizi, yakni stunting (bertumbuh pendek), wasting (kurus), dan obesitas (kelebihan berat badan).
Stunting menjadi indikator utama yang ditunjukkan pihak pelayanan kesehatan posyandu dalam mengatasi masalah gizi. Sebab stunting hanya menyerang balita, maka edukasi gizi seimbang jarang diterapkan untuk usia remaja-dewasa, termasuk mahasiswa.
Konsumsi Gizi Seimbang Negara Spanyol
Menurut Lee & Yoon (2014, dalam Ar-Rahmi et al., 2020), mahasiswa umumnya sedang mengalami masa peralihan menuju kedewasaan dari segi fisik, psikis, dan sosial.
Mereka telah mampu membuat keputusan secara mandiri, oleh sebabnya sebagian besar memutuskan untuk hidup secara terpisah. Hidup secara mandiri berarti menentukan segala sesuatu secara sendiri, termasuk mengatur pola makan.
Dalam jurnal jurnal karya Mara Jos Garca-Meseguer dkk. (2013) menunjukkan mahasiswa dari University of Castilla-La Mancha, Spanyol, memiliki kebiasaan makan sehat lebih baik dibanding kampus lain diukur dari metode The Healty Eating Index (HEI), namun mahasiswa yang tinggal lebih jauh dari rumah memiliki kebiasaan makan lebih buruk.