Lihat ke Halaman Asli

MUHAMMAD ALFI SYAHRIN

Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia

Man Jadda Wa Jadda: Dari Seorang Santri hingga Menjadi Mahasiswa Kampus Negeri

Diperbarui: 14 Oktober 2024   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makbul ketika menjadi Santri dan menjadi mahasiswa (dokpri)

Di bawah langit Jawa Barat yang biru, sebuah mimpi terukir dalam hati seorang pemuda bernama Makbul Patmanagara. Makbul lahir dan besar di sebuah desa kecil di Provinsi Banten. Orang tuanya adalah seorang buruh pabrik yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Sejak kecil, mereka mendidik Makbul dengan ajaran Islam yang kuat. Tak heran, ketika lulus SD, mereka memutuskan untuk mengirimnya ke pesantren yang bernama Pondok Pesantren Darul Qolam 3.

Selama enam tahun di pesantren, Makbul menjalani rutinitas yang padat. Setiap hari dimulai dengan sholat tahajud pukul 3 pagi, dilanjutkan mengaji Al-Qur'an dan belajar kitab kuning. Kegiatan belajar formal di madrasah berlangsung dari pagi hingga sore, diikuti dengan mengaji dan belajar hingga larut malam.

Memasuki tahun terakhir di pesantren, Makbul mulai memikirkan masa depan. Kecintaannya pada bahasa Arab yang dipelajari di pesantren membuatnya bermimpi untuk memperdalam ilmu ini di tingkat universitas. Namun, Makbul menyadari bahwa ijazah pesantrennya tidak cukup untuk mendaftar ke universitas negeri.

Dengan tekad bulat, Makbul memutuskan untuk mengambil program Paket C, setara dengan ijazah SMA. Selama setahun, dia membagi waktunya antara belajar di pesantren dan mengikuti program Paket C di PKBM terdekat. Perjuangannya tidak mudah, namun Makbul bertekad untuk meraih impiannya.

Setelah berhasil lulus Paket C, Makbul memfokuskan diri untuk mempersiapkan ujian masuk UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dia belajar ekstra keras, terutama untuk mata pelajaran umum yang tidak dia dapatkan di pesantren. Setiap malam setelah mengaji, Makbul menyisihkan waktu untuk belajar.

Hari ujian masuk UIN Bandung pun tiba. Dengan bekal doa dan usaha keras, Makbul mengikuti tes dengan penuh keyakinan. Waktu menunggu pengumuman terasa begitu lama. Hingga suatu hari, kabar bahagia itu datang. Nama Makbul tercantum dalam daftar mahasiswa yang diterima di Jurusan Sastra Arab!

Rasa syukur membuncah dalam hati Makbul. Dia berhasil membuktikan bahwa latar belakang santri dan lulusan Paket C bukanlah hambatan untuk meraih impian. Justru, penguasaan bahasa Arab yang dipelajarinya di pesantren menjadi modal berharga untuk studinya di Jurusan Sastra Arab.

Menjadi mahasiswa UIN Bandung membuka wawasan Makbul lebih luas lagi. Dia bertemu dengan teman-teman dari berbagai latar belakang, tidak hanya dari pesantren tapi juga dari sekolah umum. Di sini, Makbul belajar untuk lebih toleran dan menghargai perbedaan, sambil tetap memegang teguh nilai-nilai Islam yang telah tertanam sejak di pesantren.

Kini, Makbul aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Selain fokus pada studi Sastra Arab, dia juga bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Bahasa. Di sini, Makbul bisa mengasah kemampuan bahasa Arabnya sekaligus belajar bahasa-bahasa lain dari teman-temannya.

Perjalanan dari santri, lulusan Paket C, hingga menjadi mahasiswa Sastra Arab di UIN Bandung mengajarkan Makbul banyak hal. Dia belajar bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Latar belakang bukan penentu kesuksesan, tetapi tekad dan kerja keraslah yang akan membawa kita mencapai impian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline