Lihat ke Halaman Asli

Alfi RahmadanilIslami

Mahasiswa Institut Agama Islam Syarifuddin

Santri Rantau PonPes Kyai Syarifuddin-Lumajang

Diperbarui: 13 Desember 2022   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

santri-santri rantau PPs Kyai Syarifuddin, dokpri

Menjadi santri rantauan bukanlah hal yang mudah, dimana kita harus memantapkan dan menyiapkan hati dan mental yang kuat terlebih dahulu. Selain harus siap untuk jauh dari orang tua, siap untuk tidak bertemu orang tua dan siap untuk tidak dikunjungi juga harus siap untuk menahan rindu yang panjang. Di pondok Kyai Syarifuddin banyak santri-santri rantauan yang berasal dari berbagai daerah, seperti dari Bawean, Riau, Batam, Jogjakarta, Kalimantan bahkan ada juga yang dari Papua. Mereka sungguh keren, mereka yang dibukakan hatinya oleh Allah SWT. Untuk siap mencari ilmu, hingga rela mengorbankan dirinya untuk jauh dengan orang-orang yang mereka cintai, terutama orang tua mereka.

“Awalnya sih sulit untuk jauh dari orang tua, tapi lama-kelamaan, setelah sudah terbiasa, malah jadi enak sih. Karena bisa mandiri dan jadi terbiasa mandiri.” Ujar Khairun Nisa’ santri sekaligus mahasiswi IAIS yang sedang berjuang dengan skripsinya, berasal dari pulau Bawean. Terkadang memang jaraklah yang menjadi halangan, tapi tak menjadikannya alasan untuk anak yang memang benar-benar niat dan memiliki tekad kuat dalam mencari ilmu.

“Ketika memang benar-benar niat untuk mencari ilmu, dimanapun tempatnya, sejauh apapun jaraknya, tak menjadi masalah untuk tholabul ‘ilmi.” Ujar Innama Marisa santri sekaligus mahasiswi KPI yang berasal dari Riau Sumatra. Hingga ada pepatah yang mengatakan “Kejarlah ilmu sampai ke negri Cina.” Dari sana bisa dilihat betapa pentingnya orang yang mencari ilmu, bahkan ada yang mengatakan,

                                                                               ومن لم يذق مر التعلم ساعة تجرع ذل الجهل طول حياته

“Barang siapa yang tidak merasakan pahit getirnya belajar walau sesaat, maka ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”

Sebegitu pentingnya tholabul ‘ilmi, hingga dikatakan yang tidak pernah merasakan belajar, akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Maka bersyukurlah untuk yang sekarang sedang nyantri, karena santri itu keren, mampu dalam 2 hal yaitu ilmu keagamaan dan ilmu umum. Khususnya yang sedang nyantri di Ponpes Kyai Syarifuddin.

Selain dari kawan-kawan yang bertempat tinggal jauh yang nyantri di pondok Syarifuddin. Ada juga beberapa santri Syarifuddin sendiri yang merantau ke luar negeri untuk melanjutkan tholabul ‘ilmi, seperti teman santri kembar Mefina Mefani yang mendapatkan beasiswa ke Al Azhar Cairo Mesir, dan masih banyak teman santri lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline