MALANG – Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat, salah satunya penggunaan smartphone atau telepon pintar. Masyarakat pada umumnya sudah memiliki telepon pintar dalam melakukan komunikasi. Penggunaan telepon pintar dapat juga digunakan dalam melakukan inventarisasi Sumberdaya Alam. Tentunya, Sumberdaya alam dapat dilihat dari kenampakan bentang alam yang ada di suatu daerah.
Sumberdaya alam yang ada di suatu daerah, kadang belum diketahui oleh masyarakat lokal. Sehingga pemanfaatan potensi sumberdaya alam tersebut belum maksimal. Pelatihan ini ditujukan untuk masyarakat dengan berkerjasama dengan Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru untuk menggali potensi yang ada, dengan menggunakan telepon pintar. Selain itu, masyarakat juga diberikan keterampilan dalam melakukan susur gua. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat memiliki bekal dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan kawasan di lokasi kajian.
Bertempat di Balai Dusun Sendang Biru, Desa Tambkrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, kegiatan pelatihan ini dilakukan selama 3 hari, Kamis-Sabtu, 20-22 Agustus 2020. Pelatihan ini dilakukan dengan pemberian materi ruang, latihan keterampilan, dan survei lapangan. Selama pelatihan ini, masyarakat desa Tambakrejo antusias mengikuti kegiatan sampai tuntas, sehingga meningkatkan pengetahuan tentang potensi daerah kajian dan mengembangkan keterampilan dasar dalam melakukan susur gua.
Dosen prodi S-1 Pendidikan Geografi UM, Alfi Sahrina, yang memberikan pelatihan untuk Inventarisasi Sumberdaya Alam mengatakan kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi untuk membantu masyarakat lokal dalam memahami potensi daerah dan meningkatkan keterampilan dalam inventarisasi sumberdaya alam dengan memanfaatkan telepon pintar yang dimiliki.
Kegiatan ini juga bekerjasama dengan Organisasi Pecinta Alam MPA Jonggring Salaka yang memberikan materi khusus terkait sumberdaya alam yang ada pada bentangalam karst berupa gua dan sungai bawahtanah. Materi yang diberikan terkait dengan teknik penelusuran gua dan pengetahuan mengenai kondisi lorong gua. “Hasil pendataan tahun 2018 oleh MPA Jonggring Salaka menunjukkan terdapat kurang lebih 38 gua di Desa Tambakrejo” terang Prasetyo, anggota MPA Jonggring Salaka.
Kebanyakan peserta baru mendapatkan pengalaman pertama dalam melakukan penelusuran gua. Salah satu peserta pelatihan ini, febri, yang megungkapkan bahwa baru pertama kali memasuki gua-gua yang ada di daerahnya. “baru pertama memasuki gua, baik gua yang lorong horizontal dan lorong vertikal”, ungkapnya saat selesai menelusuri Gua Mbah Wajib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H