Diciptakan sebagai manusia merupakan bentuk persetujuan untuk menghadapi naik-turun arus kehidupan. Arus itu datang dari internal maupun eksternal yang menutut setiap manusia berperan.
Apalagi, manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki sistem kehidupan tidak terlepas dari kebutuhan, keinginan, kewajiban, dan hal-hal tak terduga lainnya. Jika individu hanya terfokus pada sistem tersebut yang notabenenya mayoritas datang untuk kepentingan bersama, maka jiwanya akan kalah. Di sinilah peran self-acceptance sebagai jembatan melawan diri sendiri yang dibahas berdasarkan perspektif penulis.
1. Merenungi kerunyaman
Runyam sebagai kesulitan dalam kegagalan yang menjadi tameng bahwa kamu tidak sanggup menatap sejam, sehari, sebulan, atau setahun lagi kehidupanmu. Seperti kesulitan mendapatkan pekerjaan impian, berteman akrab dengan orang-orang positif, naik jabatan, dan lain-lain. Kerunyaman tersebut membawa banyak pertanyaan dan asumsi negatif yang semakin meramaikan pikiran.
Ditambah, jika kamu menyukai media sosial. Menghabiskan waktu untuk berselancar masalah politik, hukum, kesengsaraan, kejahatan, dan meratapi nasibmu dengan konten-konten kesedihan. Bukankah aksi tersebut membuat semakin runyam?
Mengembalikan spirit jiwamu perlu dilakukan secepatnya. Dalam posisi seperti ini, individu cenderung hilang kontrol kewarasan seperti mengambil langkah bunuh diri atau berhutang tanpa perhitungan.
Kerunyaman perlu direnungi untuk mencari dan memecahkan akar yang ada dalam dirimu. Alih-alih membagikan status cerita kesedihan di media sosial, curhat, atau mengomentari kehidupan eksternal, maka kamu disarankan untuk menciptakan ruang privasi dan belajar diam. Kamu bisa memulainya dengan mengutamakan waktu deep talk dengan diri sendiri melalui tulisan atau rekaman suara.
Buatlah daftar permasalahan yang mengganjalmu terlebih dahulu. Dengan demikian, kamu bisa menganalisis lebih jauh tentang dirimu sendiri tanpa ada interupsi. Nilai kejujuran di tahap ini harus diutamakan.
2. Menerima diri sendiri
Untuk melawan diri sendiri, kamu perlu menerima diri sendiri (self-acceptance) tanpa menghakimi. Inilah saatnya kamu mengakui bahwa kamu pernah gagal, kemampuanmu terbatas, dan sedang di zona lelah. Mempersilakan diri untuk menyelami rasa tidak berdaya dan hanya ingin istirahat sangat perlu kamu lakukan sebelum akhirnya benar-benar harus bangkit. Dalam tahap ini, kamu perlu tenaga, tenang, dan arah yang jelas.