Lihat ke Halaman Asli

Elpiji Non Subsidi, Jikapun Harus Naik…

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14103858762082693743

Konsumen mengeluh. Utamanya para ibu rumah tangga berkelas ekonomi menengah. Mereka, para ibu, pengguna elpiji 12 Kg. Pemerintah, dalam hal ini Pertamina, memang dengan berat hati kudu menaikkan harga “si tabung biru”. Ini lantaran, kian melebarnya jarak antara harga elpiji tanah air dengan  elpiji dunia. Dalam bahasa pengamat, harga elpiji kita masih jauh dibanding harga keekonomian dunia.

Lumrah memang. Setiap kali keluar kabar kenaikan barang kebutuhan orang banyak, entah itu BBM, listrik, air dan kini elpiji non subsidi, dimana-mana terjadi kegaduhan. Semua orang ikut berkomentar. Semua merasa paling jago berargumen. Semuanya berkelakar“ Pemerintah harusnya begini…. begitu”.

Pemerintah pun sepatutnya berlega hati, mendengar tiap suara warga yang tak setuju kebijakannya. Dalam hal ini menaikkan harga. Patut diingat, bahwa protes warga adalah bentuk lain dari perhatian mereka. Warga protes, bukan karena tak mau memberi sumbangsih untuk kemajuan negaranya.

Sejenak menilik amanat undang-undang kita, bahwa negara punya kewajiban untuk memberi penghidupan layak bagi tiap warganya. Ini berarti, dalam bahasan ini, kalaupun, elpiji non subsidi terpaksa harus dinaikkan harganya, kenaikan ini, tak boleh serta merta merebut kelayakan hidup warga. Pengadaan elpiji subsidi yang diprioritaskan untuk kelompok ekonomi bawah dan UKM harus tetap dilanjutkan. Jangan sampai, alih-alih menaikkan harga elpiji non subsidi, keberadaan elpiji subsidi menjadi sulit ditemukan.

Karena hampir pasti, dengan naiknya harga elpiji non subsidi, migrasi, hijrah penggunaan, dari elpiji non subsidi ke subsidi akan terjadi. Peralihan penggunaan elpiji ini, utamanya akan dilakukan oleh warga di kelompok ekonomi menengah. Mereka yang sehari-hari memakai si “tabung biru”, pasca kenaikan harga, dengan dalih karena lebih murah, bisa mengubah haluan ke si‘”tabung hijau”. Ini harus diantisipasi oleh Pertamina.

Elpiji 12 Kg, kenapa harus naik ?



Harga elpiji 12 kg kita dipastikan naik. Pertanyannya kenapa ?. Untuk menjawab ini, sejenak, mari coba tengok  harga ELPIJI dibeberapa kawasan dunia. Fakta mengatakan, harga ELPIJI non subsidi kita, ternyata masih jadi yang termurah diantara  harga elpiji di beberapa negara lainnya.

Dalam hitungan perkilonya, harga ELPIJI kita berkisar diantara Rp 7700 hingga 14.300. Bandingkan dengan harga ELPIJI di negara lain, seperti  India Rp 12.600, China Rp 17.000 hingga 21.000, Korea diatas 17.000, Jepang Rp 20.000 dan bahkan philiphina Rp 24.000.

Dalam tataran global, harga elpiji kita pun masih dibawah standar. Hal inilah, yang membuat PT Pertamina – sebagaimana temuan BPK-  mencatat nilai kerugian sebanyak Rp 17 Trilyun, dalam kurun waktu 2009 – 2013. Angka kerugian ini bahkan, diprediksi bisa terus naik di tahun akan datang. Berangkat dari temuan BPK inilah, Pertamina mendapat rekomendasi untuk menaikkan harga ELPIJI non subsidi khususnya ELPIJI 12 Kg secara berkala. Hal ini dimaksudkan, agar kedepan, PT Pertamina tak lagi menanggung rugi berlipat-lipat.

Jikapun Harus Naik….

Pemerintah, dalam hal ini Pertamina, dengan bermacam pertimbangan mendesak, memang dipaksa oleh keadaan, untuk menaikkan harga elpiji non subsidi. Karena bila tidak, Pertamina, sebagai BUMN bisa terancam limbung sebab selalu menderita kerugian.

Satu hal yang patut diingat, bahwa, ketika Pertamina telah bertekad untuk menaikkan harga elpiji non subsidi, Pertamina juga harus berani menjamin bahwa pasokan elpiji subsidi tetap lancar dan tepat sasaran.

Lantas bagaimana agar tepat sasaran. Menarik. Membaca saran ketua YLKI, Tulus Abadi tentang ini. Menurut Tulus, PT Pertamina sebaiknya mendistribusikan elpiji 3 kg secara tertutup. Karena bila tidak, kenaikan harga tersebut, lanjut menurut Tulus berpotensi menyebabkan kian maraknya aksi oplosan yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab.

Sayangnya, Tulus, seperti diberitakan di berbagai media online, tak mengungkap lebih lanjut maksud dan cara “distribusi tertutup” itu. Tulus berujar.

Lepas dari Tulus Abadi, saya berharap-harap, Pertamina jauh-jauh hari telah menyiapkan strategi, sekaligus langkah konkret perihal pendistribusian elpiji subsidi ini.

Menutup opini ini, saya ingin menitipkan beberapa penggal bait puisi

Jikapun elpiji non subsidi harus naik…

Semoga membawa kebaikan untuk perekonomian negeri

Jikapun elpiji non subsidi harus naik….

Semoga Pertamina makin prima dalam melayani

Jikapun elpiji non subsidi harus naik…

Jangan lupakan hak mereka untuk elpiji bersubsidi


Bahan bacaan dan gambar : Materi Elpiji Pertamina




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline