Lihat ke Halaman Asli

Alfath Syawal Ridho Putra

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterkaitan Retorika dan Dakwah

Diperbarui: 15 Juni 2024   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Oleh : Syamsul Yakin dan Alfath Syawal Ridho Putra (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Keterkaitan antara retorika dan dakwah sangat erat. Retorika merupakan seni berbicara, sedangkan dakwah secara definitif adalah mengajak dengan ucapan. Dakwah yang menggunakan bahasa yang indah akan menarik perhatian mad'u. Ini dikenal sebagai dakwah billisan.

Retorika mencakup komunikasi verbal, baik melalui lisan maupun tulisan. Dalam dakwah, terdapat bentuk dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Dakwah tidak hanya dilakukan dengan berbicara tetapi juga melalui tulisan untuk mengajak.

Berikutnya, dalam retorika dikenal komunikasi nonverbal, baik dalam interaksi langsung maupun melalui media digital. Dakwah mengenal bentuk dakwah bilhal, yang dapat dilakukan baik secara online maupun offline. Dalam konteks dakwah, bahasa tubuh dan gerakan tubuh memiliki peran penting sebagai penunjuk teladan atau model yang diikuti.

Seiring dengan evolusi dari seni berbicara ke ilmu berbicara, retorika telah berubah dari praktik kuno menjadi disiplin modern. Di sisi lain, dakwah yang awalnya terbatas pada praktek keagamaan, kini berkembang menjadi studi yang mendalam tentang ajaran agama. Warisan budaya retorika melahirkan kemajuan, sementara dakwah menemukan landasan ilmiah yang sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam masyarakat.

Jika retorika bertujuan untuk mengomunikasikan pesan dengan cara yang informatif, persuasif, dan menghibur, maka dakwah dapat mempersembahkan pesan-pesan tentang akidah, syar'i, dan perilaku dengan cara yang sama. Bahkan, pada tingkat tertentu, tujuan pendidikan dari retorika dan dakwah dapat bersinggungan secara signifikan.

Dalam upaya mencapai tujuan retorika yang persuasif, dakwah menggunakan pendekatan berbeda dengan metode seperti bilhikmah, ceramah, dan diskusi yang dilakukan dengan penuh kelembutan dan kesantunan.

Jika retorika memerlukan pengembangan dengan menggunakan bahasa standar, didukung oleh data dan penelitian, persyaratan yang serupa juga berlaku bagi dakwah, baik dalam bentuk billisan, bilkitabah, maupun bilhal. Hal ini terutama penting ketika audiens semakin kritis dan rasional dalam menerima pesan dakwah.

Dalam ranah retorika, Aristoteles mengenalkan konsep pathos, logos, dan ethos sebagai elemen penting yang harus dimiliki oleh para dai, baik dalam aspek intelektual maupun spiritual. Namun, perlu dicatat bahwa dalam konteks pathos, ekspresi emosi seperti kesedihan atau kegembiraan tidaklah cukup untuk menunjukkan kemahiran dalam retorika.

Dalam berdakwah, penting untuk menguasai komunikasi verbal dan nonverbal secara efektif. Sebaliknya, dalam beretorika, esensial untuk menyertakan isi dakwah seperti akidah, syariah, dan akhlak. Tanpa retorika yang kuat, dakwah menjadi tidak berdaya; begitu pula sebaliknya, retorika tanpa muatan dakwah akan kehilangan arahnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline