Lihat ke Halaman Asli

alfath firdaus

seorang mahasiswa jurnalistik, jenjang pendidikan S1 di universitas islam negeri syarif hidayatullah jakrata

Paradigma Retorika dalam Berdakwah

Diperbarui: 17 Juni 2024   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Syamsul Yakin dan Alfath Firdaus 

Dosen dan Mahasiswa UIN Jakarta


Retorika dan dakwah memiliki keterkaitan yang erat. Retorika sebagai seni berbicara menghadirkan dakwah sebagai ajakan berbicara. Dakwah yang disampaikan dengan bahasa yang indah mampu memukau pendengar, yang dikenal sebagai dakwah billisan.

Dalam retorika, komunikasi verbal (lisan dan tulisan) dikenal, mirip dengan dakwah yang meliputi dakwah billisan dan bilkitabah (tulisan). Dakwah juga mengenal dakwah bilhal, baik secara online maupun offline, sebagaimana retorika mengenal bahasa tubuh dan gerakan sebagai contoh atau teladan.

Retorika berkembang menjadi ilmu berbicara, sementara dakwah berkembang menjadi kajian agama yang sistematis dan logis. Keduanya memiliki tujuan edukatif, informatif, persuasif, dan rekreatif.

Dalam hal metode, dakwah menggunakan bilhikmah, ceramah, dan diskusi dengan lemah lembut, serupa dengan pendekatan persuasif dalam retorika. Baik retorika maupun dakwah menuntut penggunaan bahasa baku dan didasarkan pada data dan riset.

Seperti Aristoteles mengenalkan pathos, logos, dan ethos dalam retorika, para dai juga harus memperhatikan aspek intelektual dan spiritual dalam dakwah. Keduanya saling melengkapi: dakwah tanpa retorika terasa kurang kuat, begitu pula sebaliknya.

Dengan demikian, retorika dan dakwah tidak hanya terkait erat dalam pendekatan berbicara dan menulis, tetapi juga dalam tujuan edukatif dan persuasif yang mereka bagikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline